Satu lagi Nanang Purwono. Dia Ketua Begandring Soerabaia. Mantan wakil pemimpin redaksi televisi lokal di Surabaya. Dia juga lama menjadi guide di sebuah perusahaan tour and travel.
Nanang aktif melakukan penelusuran sejarah. Berbagi temuan ia tulis dan dipublikasikan ke publik. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di media mainstream.Â
***
Namanya saja juga kongkow sambil ngopi, topik pembicaraan kami awalnya enteng-enteng saja. Ngalur ngidul, ngetan ngulon, begitu orang Surabaya menamainya. Â Â
Namun diskusi kami tiba-tiba menghangat. Gara-garanya, Oon Sumardiono mengungkapkan keinginan untuk mengajak para pekerja datang ke Peneleh. Blusukan ke kampung bersejarah tersebut. Dikenal sebagai situs Kebangsaan.
Untuk apa? Untuk belajar sejarah! Wow, anak difabel jalan-jalan sambil belajar sejarah? Itulah yang ada di benak kami. Membayangkan membawa kaum difabel menyisir Kampung Peneleh.
Oon Sumardiono mengungkapkan, di tempatnya ada 20 orang peyandang difabel dari total 33 orang pekerja. Dari 20 pekerja difabel itu, 18 pekerja direkrut dari Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya yang membuka lowongan pekerjaan pada Agustus 2022 lalu.
Sementara dua pekerja difabel lain merupakan titipan dari Dinas Sosial Kota Surabaya. Dari 18 pekerja difabel itu, 17 penyandang tunarungu dan tunawicara. Satu orang penyandang tunagrahita.
Pastinya, kami tidak bisa sendiri. Karenanya, harus disiapkan seorang penerjemah. Karena tak satu pun pegiat sejarah di Begandring Soerabaia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan menerjemahan bahasa isyarat.
"Saya bisa datangkan guru dari SLB Karya Mulia. Dia dulu guru para pekerja di tempat kami semasa masih sekolah. Nanti dia yang akan membantu menerjemahkan," timpal Oon antusias.