Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serunya Blusukan di Kampung Peneleh Bareng Pekerja Difabel

2 Januari 2023   22:34 Diperbarui: 3 Januari 2023   15:16 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony (dua dari kiri) memberikan sambutan sebelum memulai Subtrack. foto: m. fathurrozi

Satu lagi Nanang Purwono. Dia Ketua Begandring Soerabaia. Mantan wakil pemimpin redaksi televisi lokal di Surabaya. Dia juga lama menjadi guide di sebuah perusahaan tour and travel.

Nanang aktif melakukan penelusuran sejarah. Berbagi temuan ia tulis dan dipublikasikan ke publik. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di media mainstream. 

Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony (dua dari kiri) memberikan sambutan sebelum memulai Subtrack. foto: m. fathurrozi
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A. Hermas Thony (dua dari kiri) memberikan sambutan sebelum memulai Subtrack. foto: m. fathurrozi

***

Namanya saja juga kongkow sambil ngopi, topik pembicaraan kami awalnya enteng-enteng saja. Ngalur ngidul, ngetan ngulon, begitu orang Surabaya menamainya.    

Namun diskusi kami tiba-tiba menghangat. Gara-garanya, Oon Sumardiono mengungkapkan keinginan untuk mengajak para pekerja datang ke Peneleh. Blusukan ke kampung bersejarah tersebut. Dikenal sebagai situs Kebangsaan.

Untuk apa? Untuk belajar sejarah! Wow, anak difabel jalan-jalan sambil belajar sejarah? Itulah yang ada di benak kami. Membayangkan membawa kaum difabel menyisir Kampung Peneleh.

Oon Sumardiono mengungkapkan, di tempatnya ada 20 orang peyandang difabel dari total 33 orang pekerja. Dari 20 pekerja difabel itu, 18 pekerja direkrut dari Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya yang membuka lowongan pekerjaan pada Agustus 2022 lalu.

Sementara dua pekerja difabel lain merupakan titipan dari Dinas Sosial Kota Surabaya. Dari 18 pekerja difabel itu, 17 penyandang tunarungu dan tunawicara. Satu orang penyandang tunagrahita.

Pastinya, kami tidak bisa sendiri. Karenanya, harus disiapkan seorang penerjemah. Karena tak satu pun pegiat sejarah di Begandring Soerabaia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan menerjemahan bahasa isyarat.

"Saya bisa datangkan guru dari SLB Karya Mulia. Dia dulu guru para pekerja di tempat kami semasa masih sekolah. Nanti dia yang akan membantu menerjemahkan," timpal Oon antusias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun