Kami lantas menyusun agenda kegiatannya, berikut rundown-nya. Tanggal yang tepat adalah hari Sabtu, 31 Desember 2022. Menyambut tahun baru 2023. Waktunya sekira 15.30 WIB, selespas Ashar. Jelang malam tahun baru. Temanya pun disepakati," Berwisata di Peneleh sambil Belajar Sejarah."
Praktis hanya tiga hari persiapan, sebelum hari "H" pelaksanannya. Kami lalu me-list para personel yang ikut mendampingi. Yang disepati  ada dua guide dan 5 orang co-guide. Termasuk outfit yang dipakai, yakni kostum ala pejuang dan tokoh kebangsaan masa lalu.
Start dan finish kegiatan Subtrack, berikut titik kumpulnya di Lodji Besar. Tempatnya kami anggap sangat representatif plus instagramable. Pelajaran sejarah pun bisa dimulai dari sana. Paling tidak dengan menerangkan sejarah bangunan dan arsitekturnya.
***
Para pekerja difable diajak menjelajah satu-satunya kampung di Surabaya yang memiliki catatan sejarah dalam empat masa. Ada masa klasik di era Majapahit, masa kolonial, masa pergerakan yang menjadi embrio kebangkitan nasional, dan masa kemerdekaan.
Ada sejumlah objek penting di Kampung Peneleh. Di antaranya Rumah HOS Tjokroaminoto, Makam Belanda Peneleh, Sumur Jobong, Rumah Lahir Bung Karno, Masjid Jami', Langgar Dhuwur, dan Makam Nyai Rokaya Cempo.
Kami tak mungkin menjelajah sebanyak itu. Maka, dipilihkan tiga objek saja. Kegiatan jalan-jalan sejarah itu dimulai dengan menyusuri dan mendatangi Makam Belanda Peneleh. Makam yang eksotik dan legendaris.
Kuncarsono yang menjadoi pemandu dibantu oleh Sukamto dari SLB Karya Mulia Surabaya. Dia menunjukkan beberapa makam dari tokoh-tokoh penting yang punya pengaruh besar terhadap perkembangan Kota Surabaya.
Salah satunya, makam Gubernur Jenderal Hindia Belanda Pieter Merkus. Dia meninggal tahun 1844, dikubur di Pemakaman Krembangan. Namun pada 1847 ketika Makam Peneleh dibangun, jenazah sekaligus prasastinya dipindah ke Makam Peneleh, empat tahun kemudian.
Merkus satu-satunya Gubernur Jenderal yang dimakamkan di luar ibu kota negara, yaitu Bogor dan Jakarta. Merkus bahkan mencatat satu-satunya Gubernur Jenderal yang meninggal saat menjabat.