Saya berharap Wawan tak ingat kejadian itu. Namun ternyata dugaan saya meleset. "Dulu kan Mas juga mau beli franchise. Saya tunggu, waktu itu. Sekarang harganya sudah mahal, Mas," ucap Wawan. Â
Seketika, saya jadi celingukan. Agak malu dan tersenyum kecut. Dan, alasan paling memungkinkan saya sampaikan kepada Wawan adalah belum dapat tempat yang cocok. Juga masalah finansial. Hehe.. Â
***
Wawan Sugianto adalah potret pengusaha yang menikmati 'surga' bisnis kuliner. Dia merintis usaha tahun 1988. Pria kelahiran Bojonegoro, 1972 itu memulai bisnis dari nol. Dengan modal semangat dan bondo nekat (bonek). Kepiawaian berbisnis Wawan lebih banyak ditempa oleh alam. Belajar sambil bekerja.
Wawan bukan lahir dari keluarga pebisnis. Ayahnya seorang pamong desa. Wawan hanya mengenyam pendidikan sampai kelas empat sekolah dasar. Di sekolah, dia kerap diolok-olok temannya. Bahkan, ia sempat berantem dengan temannya gara-gara dia disebut anak bodoh.
Wawan kemudian mogok, gak mau sekolah. Orang tuanya bingung. Berulang kali dirayu agar kembali lagi ke sekolah, Wawan selalu menolak. Sekolah seperti "penjara" baginya. Â
Suatu ketika, Wawan menyampaikan keinginan merantau ke Surabaya. Waktu itu, usianya masih belasan tahun. Orang tuanya tak bisa mencegah. Dia kemudian diantar orang tuanya naik bus dari Bojonegoro ke Surabaya. Turun di Terminal Jembatan Merah.Â
Wawan lalu melamar kerja . Dia sempat menjadi penjaga toko. Kemudian diterima menjadi tukang cuci piring di salah satu hotel di Surabaya. Nah, di hotel itu, Wawan belajar memasak dari chef hotel tersebut. Memilih komposisi bahan, meracik bumbu, dan seterusnya.
Ketrampilan memasak Wawan cepat terasah. Chef yang mengajarinya sampai heran, kok Wawan bisa cepat menangkap apa yang diajarkan. Belakangan, chef tersebut baru tahu jika sejak SD, Wawan sudah bisa memasak masakan tradisional. Masa itu, banyak tetangganya di Bojonegoro yang punya hajatan minta Wawan membantu meracik bumbu agar masakan sedap dan lezat. Â
 Wawan kemudian berhenti kerja di hotel. Dia memberanikan diri berwiraswasta. Wawan membuka warung soto. Bahan sudah jadi dibeli dari H. Wachid. Dia pemilik warung Soto Kaliasin (saat itu, sangat terkenal di Surabaya).
Warung soto Wawan tidak langsung ramai. Butuh berbulan-bulan hingga dia bisa merasakan hasil dari menjual soto. Wawan menyapa semua pelanggannya dengan ramah. Berbagai kritik dan masukan konsumen diterima dengan lapang dada. Terlalu asin, kelewat pedas, kuahnya kurang gurih, dan masih banyak lagi.