Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Haru Usai Temukan Sosok Idola Gus Dur

27 Desember 2019   16:02 Diperbarui: 28 Desember 2019   00:47 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekirno. (sketsa koko sadyantoro)

Mendengar permintaan nyeleneh itu, Soekirno hanya tersenyum. Dia mengangkat si Gus kecil, kemudian diajak pergi naik kuda keliling pesantren.

***

Gus Dur benar-benar bernostalgia dengan Soekirno. Gus Dur juga memerlakukan pria kelahiran Kebumen, 27 November 1929 itu, sebagai tamu istimewa. Semua keperluan Soekirno di Jakarta ditanggung Gus Dur. Seratus persen. Selama sebulan. Ongkos perjalanan Surabaya-Jakarta, tiket pesawat open date plus akomodasi, dan uang saku.     

Gus Dur juga memberi fasilitas buat Soekirno dan istri jalan-jalan di Jakarta. Makan paling enak di Hotel Indonesia, tamasya ke Ancol. Dan masih banyak lagi. Kepergian Soekirno ke mana pun akan selalu mendapat pengawalan dari anak buah Kapolri Rosmanhadi.

Namun, Soekirno gak kemaruk. Semua tawaran itu tak dimanfaatkan sepenuhnya. Soekirno merasa tak pantas menerima perlakukan presiden yang begitu tulus kepadanya. Sikap itu ditunjukkan Soekirno saat akan meninggalkan Istana Negara.

"Saya bukan menolak. Tapi sungguh, semua ini sudah cukup bagi saya."

Dari Istana, Soekirno diajak ke rumah Kapolri Roesmanhadi di Jalan Pattimura, Jakarta. Di sana, dia dikenalkan dengan keluarga Kapolri. Tak lama, Soekirno lalu diantar ke Hotel Graha Purna Wira. Masih dengan pengawalan khusus.

Perlakuan ini membuat Soekirno sungkan. "Ini yang terakhir Pak Kapolri. Besok jangan ada lagi yang mengawal saya."

Roesmanhadi tak bisa mencegah permintaan Soekirno. "Baik. Tapi kami siap kapan saja bila bapak butuh bantuan."

Bebas dari kawalan polisi, giliran Soekirno jadi pusat perhatian staf dan pemilik hotel. Fasilitas apa saja yang dimanfaatkan di hotel itu diberikan gratis. Soekirno hanya cukup tanda tangan saja. Itu benar-benar tak terbayangkan oleh Soekirno. Karena dia biasa hidup bersahaja. Dengan  uang pesiunan sebesar Rp 700 ribu sebulan. Saat itu, jabatan terakhir Soekirno sebagai Wadan Detasemen Brimob Polda Jatim berpangkat mayor.

Soekirno memutuskan untuk segera mengakhiri jadi tamu istimewa di Jakarta, lalu pulang ke Surabaya. Praktis, Soekirno dan istri hanya menghabiskan lima hari tinggal di Ibu Kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun