Di kalangan pelatih olahraga, Henny tergolong modern. Dia selalu memanfaatkan teknologi untuk memantau perkembangan atlet binaannya. Dalam latihan, Henny terbiasa membawa stylus pen dari sebuah perangkat personal digital assistant. Alat itu acap berada dalam jepitan tangannya. Dengan gesit, ia memasukkan data capaian anak-anak asuhannya.
Menurut mantan pelatih tim putri Jatim di program Puslatda PON XVII/2008 itu, perkembangan teknologi informasi demikian cepat harus harus diikuti dan dipelajari. "Sekarang ini mau tahu apa saja kan gampang. Tinggal masuk ke (jaringan) internet terus klik. Namun, masih banyak juga yang tetap berpegangan pada pengalamannya waktu dulu ketika menjadi atlet," jlentrehnya.
Namun begitu, di luar latihan, sosok Henny yang keras dan disiplin, bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia selalu menjadi sahabat yang baik anak didik saya.
Henny terbiasa menjadi ibu dari anak-anak asuhnya. Bukan hanya terkait prestasi, perhatiannya bisa sampai pada hal-hal yang sangat pribadi. Â "Sejujurnya, saya sangat senang mengamati karakter manusia," tutur wanita yang gemar membaca buku-buku psikologi dan biografi ini.Â
Bagi Henny, selama bertahun-tahun menjadi pelatih, ia acapkali menjadi teman curhat dari orang-orang sekitarnya, baik atlet maupun sesama pelatih. Ada yang positif, ada yang berkecenderungan negatif. Baginya hal itu sangat lumrah. Karena pada dasarnya, emosi manusia tidak stabil. Apalagi bila sedang marah dan kecewa. Karena itu, mereka butuh pelampiasan.
"Kalau sudah begitu, saya berusaha keras untuk menjadi teman yang baik, yang mau mendengar keluh kesah mereka," tutur Henny, lalu tersenyum.
***
Awal mula Henny Maspaitella jatuh cinta pada atletik boleh dibilang tidak disengaja. Dulunya, ia sempat ikut berbagai macam olah raga, seperti voli, basket, dan sofbol. "Adik saya Loudry (Loudry Maspaitella) dulunya ikut sepak bola. Karena sering lihat latihan atletik berat, sampai muntah-muntah, dia akhirnya memilih voli," ungkap Henny. Loudry Maspaitella adalah atlet voli nasional dua dekade. Loudry sempat menjadi pelatih, namun karena tenaganya masih dibutuhkan, ia ditarik kembali untuk memperkuat tim nasional Indonesia.
Kehadiran Henny sebagai olahragawan berprestasi bukan tiba-tiba.
Darah sebagai atlet mengalir dari kedua orang tuanya. Ayah Henny, Leonard Maspaitella adalah atlet lompat jangkit nasional. Ibunya, Paulina Sarah Lessil adalah atlet voli nasional.
Kala itu, Paulina Sarah selalu membujuk Henny untuk menekuni atletik. Katanya, kalau berprestasi di atletik itu lebih enak. "Ya, karena kalau juara kan bisa perorangan, bukan orang banyak," kenang Henny.Â