Pernyataan Anies ini dilontarkan pada saat meninjau lokasi banjir di Duri Kosambi. Dalam upaya segera menyurutkan air, Anies rupanya tidak memiliki target waktu.Â
Ini tentu berbeda dengan harapan masyarakat Jakarta yang wilayahnya sedang tergenang air. Berharap bahwa pompa-pompa air dipastikan bekerja mengurangi volume air sehingga kerugian lebih besar bisa dihindari.
Langkah Konkret dan BeraniÂ
Banjir di Jakarta akan selalu membawa kerugian bagi semuanya. Ekonomi, pendidikan, kesehatan, pembangunan, sosial, akan terganggu pertumbuhannya, bahkan ketahanan keamanan suatu wilayah akan ikut terancam akibat musibah banjir.
Banjir di Jakarta akan selalu menjadi sebuah indikator keberhasilan seorang gubernur, dari jaman dahulu sampai selanjutnya. Wajar saja masyarakat membuat perbandingan dan penilaian dalam setiap era kepemimpinan di Jakarta.Â
Bagi masyarakat, yang membedakan setiap pemimpin terkait persoalan banjir adalah apa program yang dilaksanakan, apakah konkret progress-nya menjawab masalah banjir di wilayah tersebut.
Menyelesaikan persoalan banjir di Jakarta yang sangat akut, tentu tidak cukup dengan program dan pendanaan yang direncanakan, tapi juga keberanian dan ketegasan kepala daerah kepada masyarakatnya. Kepala daerah harus berani menjelaskan dan berhadap-hadapan dengan masyarakat.
Bahkan harus berani disebut sebagai pemimpin yang tidak populis. Bukan sebaliknya, senang mengambil kebijakan populis, namun tidak tepat mengatasi persoalan. Â Â
Jikalau ada masyarakat membandingkan kinerja Anies dan gubernur sebelumnya, mungkin saja ini sebuah upaya politik yang di-framing. Namun yang pasti semua lapisan masyarakat di Jakarta tidak ingin hidup menjadi susah karena banjir. Mengganjal diri dengan pertimbangan identitas hanya akan menjadi penghambat mengatasi persoalan banjir di Jakarta.
Perbandingan kinerja antara Anies dan Gubernur Jakarta sebelumnya wajar-wajar saja dilakukan oleh masyarakat. Hanya masalah kebetulan saja, kalau Ahok adalah Gubernur Jakarta sebelum Anies Baswedan.
Sumber: