Enam Kali Mengunjungi Nusantara
Nusantara sudah menjadi tujuan Cheng-Ho sejak ekspedisi pertama. Ada yang menuliskan bahwa Nusantara dikunjungi oleh Cheng-Ho sebanyak tujuh kali. Ini artinya Nusantara dikunjungi di setiap ekspedisinya. Tetapi jika berdasarkan buku Maritime Silk Road wilayah di Nusantara terutama Sumatra dan Jawa dikunjungi oleh Cheng-Ho sebanyak enam kali.Â
Minus ekspedisi keenam, karena pada pelayaran ini Cheng-Ho menuju Hormuz, Afrika Timur dan Jazirah Arab. Ini adalah pembuktian betapa besar cinta Cheng-Ho terhadap Nusantara dan betapa ia ingin agar Tiongkok menjalin hubungan persahabatan dengan para penguasa negeri di Nusantara.
Di antara yang dikunjungi Cheng-Ho di Nusantara adalah Selat Malaka, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Di Selat Malaka armada Cheng-Ho sempat mengalahkan perompak pimpinan Chen Zhuji, asal Cina Kanton yang menguasai Selat Malaka. Setelah ribuan anak buahnya tewas, Chen Zhuji sendiri dibawa ke Nanjing untuk dihadapkan ke Kaisar.Â
Setelah mengalahkan Chen Zhuji, Cheng-Ho mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai di Aceh untuk menjalin persahabatan. Di kesempatan itu, ia menghadiahkan lonceng raksasa "Cakra Donya". Hingga saat ini, lonceng itu masih tersimpan di Museum Banda Aceh.
Di Jawa, Cheng-Ho mengunjungi Cirebon yang saat itu masih di bawah kekuasaan Pajajaran. Di antara cindera mata yang dipersembahkan oleh Cheng-Ho adalah guci dan piring-piring dengan lafaz tauhid di antaranya sebuah piring bertuliskan Ayat Kursi yang hingga saat ini masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.Â
Daerah yang pernah ditinggali Cheng-Ho di Cirebon adalah Muara Jati (sekarang area makam Sunan Gunung Jati) dan di sini seorang pengikut Cheng-Ho bernama Syekh Nurjati memutuskan berdakwah. Cheng-Ho dan anak buahnya juga mengajarkan manajemen kesyahbandaran, pembuatan jala dan cara bercocok tanam.Â
Di wilayah Jawa lainnya, Cheng-Ho sempat berkeliling ke berbagai daerah seperti Indramayu, Karawang, Semarang, Tuban, Gresik, Surabaya dan akhirnya Mojokerto untuk bertemu dengan Raja Majahahit, Wikramawardhana. Di daerah Indramayu, giliran pengikut Cheng-Ho lainnya yang bernama Syekh Quro yang menyebarkan Islam.
Sementara di Semarang, seorang anak buah Cheng-Ho bernama Wang Jinghong beserta beberapa pengikutnya bahkan memilih menetap dan menyebarkan Islam. Mereka kemudian menikah dengan wanita-wanita setempat. Inilah cikal bakal etnis Tionghoa di daerah itu. Wang Jinghong sendiri kemudian dikenal dengan nama Kyai Juru Mudi Dampo Awang.
Warisan Cheng-Ho