Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cheng-Ho: Tujuh Ekspedisi Menjelajahi Samudra Bukti Cinta pada Nusantara

1 November 2022   17:00 Diperbarui: 1 November 2022   17:50 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi armada Cheng-Ho. Sumber: oseanografi.lipi.go.id

Enam Kali Mengunjungi Nusantara

Nusantara sudah menjadi tujuan Cheng-Ho sejak ekspedisi pertama. Ada yang menuliskan bahwa Nusantara dikunjungi oleh Cheng-Ho sebanyak tujuh kali. Ini artinya Nusantara dikunjungi di setiap ekspedisinya. Tetapi jika berdasarkan buku Maritime Silk Road wilayah di Nusantara terutama Sumatra dan Jawa dikunjungi oleh Cheng-Ho sebanyak enam kali. 

Minus ekspedisi keenam, karena pada pelayaran ini Cheng-Ho menuju Hormuz, Afrika Timur dan Jazirah Arab. Ini adalah pembuktian betapa besar cinta Cheng-Ho terhadap Nusantara dan betapa ia ingin agar Tiongkok menjalin hubungan persahabatan dengan para penguasa negeri di Nusantara.

Di antara yang dikunjungi Cheng-Ho di Nusantara adalah Selat Malaka, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Di Selat Malaka armada Cheng-Ho sempat mengalahkan perompak pimpinan Chen Zhuji, asal Cina Kanton yang menguasai Selat Malaka. Setelah ribuan anak buahnya tewas, Chen Zhuji sendiri dibawa ke Nanjing untuk dihadapkan ke Kaisar. 

Setelah mengalahkan Chen Zhuji, Cheng-Ho mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai di Aceh untuk menjalin persahabatan. Di kesempatan itu, ia menghadiahkan lonceng raksasa "Cakra Donya". Hingga saat ini, lonceng itu masih tersimpan di Museum Banda Aceh.

Di Jawa, Cheng-Ho mengunjungi Cirebon yang saat itu masih di bawah kekuasaan Pajajaran. Di antara cindera mata yang dipersembahkan oleh Cheng-Ho adalah guci dan piring-piring dengan lafaz tauhid di antaranya sebuah piring bertuliskan Ayat Kursi yang hingga saat ini masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon. 

Daerah yang pernah ditinggali Cheng-Ho di Cirebon adalah Muara Jati (sekarang area makam Sunan Gunung Jati) dan di sini seorang pengikut Cheng-Ho bernama Syekh Nurjati memutuskan berdakwah. Cheng-Ho dan anak buahnya juga mengajarkan manajemen kesyahbandaran, pembuatan jala dan cara bercocok tanam. 

Di wilayah Jawa lainnya, Cheng-Ho sempat berkeliling ke berbagai daerah seperti Indramayu, Karawang, Semarang, Tuban, Gresik, Surabaya dan akhirnya Mojokerto untuk bertemu dengan Raja Majahahit, Wikramawardhana. Di daerah Indramayu, giliran pengikut Cheng-Ho lainnya yang bernama Syekh Quro yang menyebarkan Islam.

Sementara di Semarang, seorang anak buah Cheng-Ho bernama Wang Jinghong beserta beberapa pengikutnya bahkan memilih menetap dan menyebarkan Islam. Mereka kemudian menikah dengan wanita-wanita setempat. Inilah cikal bakal etnis Tionghoa di daerah itu. Wang Jinghong sendiri kemudian dikenal dengan nama Kyai Juru Mudi Dampo Awang.

Patung Cheng-Ho di Simongan, Semarang, Jawa Tengah. Sumber: historia.id
Patung Cheng-Ho di Simongan, Semarang, Jawa Tengah. Sumber: historia.id

Warisan Cheng-Ho

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun