Kajian mengenai peran UMKM dalam pembangunan ekonomi Indonesia memberikan wawasan rinci mengenai kontribusi UMKM terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Hal ini akan memungkinkan dirancangnya kebijakan yang lebih baik yang mendukung pertumbuhan UMKM secara komprehensif. Selain itu, studi ini mengidentifikasi tantangan yang dihadapi UMKM dan memungkinkan pengembangan program yang efektif untuk meningkatkan akses terhadap modal dan pasar. Penguatan UMKM tidak hanya mendorong integrasi ekonomi dan mengurangi kesenjangan, namun juga menciptakan lapangan kerja sehingga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi  berkelanjutan. Dalam konteks ini, peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sangatlah penting dan strategis (Aliyah, 2022; Hidayat  &Latifah,  2022;  Sofyan,  2017;  Vinatra,  2023). Diperlukan langkah-langkah strategis  untuk mendukung UMKM agar mandiri dan berkontribusi optimal terhadap pembangunan perekonomian nasional. (Fatmah dkk, 2024; Windusancono, 2021; Zidane &Ilyas, 2024).
Profesor Paul Almeida dari Georgetown University menjelaskan kehadiran UMKM mempunyai peran yang unik, aktif dan penting dalam proses inovasi karena kemampuannya dalam menemukan teknologi baru dan mengembangkan TI.
 Pernyataan ini didukung oleh temuan penelitian pada tahun 10 dimana kapabilitas formal dan informal UMKM ditemukan menjadi alat penting bagi proses inovasi UMKM. Di sisi lain,  kreativitas menjadi landasan keberhasilan dan kelangsungan hidup UMKM. Sablowski, L.I & Robb, N.R. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas UMKM yang selamat dari  krisis ekonomi Indonesia tahun 1997. Hal ini disebabkan karena struktur permodalan sangat bergantung pada dana sendiri (73%). Untuk memenuhi peran tersebut, UMKM Indonesia perlu lebih berbenah diri dengan menciptakan daya saing global.
 Namun demikian, UMKM  masih menghadapi berbagai permasalahan yang memerlukan perhatian dalam pengembangannya. Oleh karena itu, pembinaan  UMKM perlu terus dilakukan, khususnya dari dalam. Dua faktor  internal tersebut, pertama, kualitas sumber daya manusia (SDM), etos kerja, jiwa wirausaha, dan naluri bisnis. Kedua adalah aspek manajemen yang meliputi keterampilan perencanaan, organisasi, operasional, dan pengendalian (Partomo, T.S.2004).
 Permasalahan pengelolaan sumber daya manusia yang dihadapi UMKM antara lain kesulitan dalam proses rekrutmen, penetapan aturan ketenagakerjaan (termasuk aturan perekrutan dan pemberhentian pegawai), rekrutmen pegawai (work engagement), pengembangan pegawai, dan evaluasi kinerja.
Â
memanfaatkan kekuatan  UMKM batik di Kota Semarang dan daya tariknya untuk mengatasi ancaman yang dihadapi UMKM. Langkah yang bisa dilakukan antara lain, jika Anda berminat menjadi perajin batik, bisa merekrut tenaga kerja tidak hanya di lokasi perusahaan saja, tapi  juga di wilayah lain, serta mendorong kerja sama antar pelaku usaha kecil dan menengah untuk membuka  pasar yang lebih luas. Hal ini untuk memperbanyak reseller dari luar Semarang yang bersedia mendapatkan akses, melakukan promosi online, dan mengajukan hak paten atas desain yang dihasilkan. Sementara itu, Naturbatik bisa mulai mengedukasi konsumen bahwa Naturbatik ramah lingkungan karena menggunakan pewarna alami, limbah produksi tidak mencemari lingkungan, dan warna tidak pudar. Edukasi ini diperlukan karena terkadang konsumen enggan membeli batik alam karena warna batik yang kurang cerah.Untuk menjaga ketersediaan pewarna alami, UMKM dapat mendorong masyarakat setempat untuk turut serta menanam nila (sejenis tanaman yang digunakan untuk pewarna alami).
 Seperti yang dilakukan  Zie Batik di Kecamatan Gunumpati yang  bekerja sama dengan petani setempat. Ketiga adalah strategi WT dengan skor 2,48. Strategi ini akan diterapkan dengan meminimalisir kelemahan UMKM batik di Kota Semarang agar terhindar dari ancaman di masa depan. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk meningkatkan loyalitas  perajin batik dengan menawarkan paket remunerasi yang lebih menarik (tidak termasuk gaji) dan menciptaka peluang bagi kegiatan produksi terkait.
 Hal ini memberikan kesan kepada karyawan bahwa manajemen memperlakukan mereka secara manusiawi. Lebih lanjut, para pelaku UMKM  harus menyadari bahwa pelibatan pegawai dalam manajemen secara signifikan meningkatkan keberhasilan operasionalnya. Artinya tugas-tugas tertentu yang tidak memerlukan keahlian membatik dapat dikerjakan oleh pegawai lain. Misalnya, karyawan lain mungkin mengambil alih administrasi, keuangan, pengadaan bahan mentah, pembuatan media periklanan, dll. Pembagian kerja (job content) sangat penting bagi profesionalisme kerja para pelaku UMKM. Kelemahan utama pengelolaan UMKM adalah keengganan pemilik UMKM yang menjalankan usahanya sendiri untuk berbagi pengelolaan dengan karyawannya, terutama di tingkat mikro. Juara 4: Strategi WO, skor 2,12. Strategi tersebut akan dilakukan dengan meminimalisir kelemahan  UMKM batik di Kota Semarang dan memanfaatkan peluang yang ada. Langkah yang mungkin dilakukan antara lain mencari iklan online melalui media sosial (web, Facebook, Twitter, dll). Hal ini diperlukan mengingat permintaan terhadap batik  masih sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa batik semarang belum begitu dikenal  di luar semarang sehingga promosi menjadi hal yang penting. 70% peserta menyatakan belum pernah melakukan pemasaran online  karena tidak memiliki karyawan yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, usaha batik ini lebih bersifat one-man-operation, artinya semua pekerjaan merancang motif dan bahan dikerjakan olehnya.
Pembelian, pengelolaan keuangan, pameran, dan lain-lain ditangani sendiri oleh pemilik UMKM. Di sisi lain, bertambahnya pendatang baru  di pasar regional Semarang akan memberikan ancaman tersendiri. Permasalahan ini dapat diatasi dengan  UMKM batik Semarang yang  melakukan pemasaran di daerah lain (selain Semarang). Untuk mempromosikan produk batik Anda, Anda perlu menambahkan saluran pemasaran yang berbeda.
 Mahalnya biaya produksi  batik semprot mengharuskan karyawan di bidangnya masing-masing (pengrajin, pengelola administrasi dan keuangan) untuk meminimalkan pemborosan bahan, mengupayakan harga grosir yang paling kompetitif, dan menghindari pemborosan biaya tenaga kerja.