Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Roh Kekerasan yang Merasuki Jiwa-jiwa selama Berabad-abad

17 Maret 2019   23:31 Diperbarui: 18 Maret 2019   16:59 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata Yahwe mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu. Lho, bagaimana dengan kakaknya, Kain dan korban persembahannya?

Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan Yahwe. Lalu hati kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram (Kej. 4:5).

Kain pun memukul dan membunuh Habel (Kej. 4:8b). Di situlah kekerasan fisik hingga berujung kematian antarmanusia dimulai atas nama "agama".

Mungkin berbeda "aliran", yaitu "aliran persembahan tanah" dan "aliran persembahan kambing-domba". Namun mengapa "aliran Habel" yang diindahkan Yahwe? "Terkutuklah tanah karena engkau (Adam)," sabda Yahwe (Kej. 3:17).

Kekerasan Antarsesama Manusia
Kekerasan fisik hingga kematian telah dimulai dalam kisah Kain dan Habel. Tidak cukup "antarmanusia", ditambah  dengan antarsaudara sekandung (kakak-adik).

"Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah," sabda Yahwe pada Kain (Kej. 4:10).

"... barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku," cuplikan perkataan Kain yang langsung "ketakutan".

Ya, "ketakutan", dimana pembunuhan sangat bisa terjadi setelah pembunuhan dilakukannya. Artinya, darah akan menuntut balas berupa darah, dimana kemudian Musa memunculkan "hukum" yang menyebut "mata ganti mata; gigi ganti gigi" dalam Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan.

Sekian abad kemudian, Yesus Kristus berkata, "... barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang." (Mat. 52:26) Dan Yesus Kristus menjadi korban kekerasan fisik hingga kematian atas nama agama. 

Kekerasan dalam Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia hingga entah kelak tidaklah terlepas dari kekerasan fisik hingga kematian. Setiap hari saya menemukan berita semacam itu, meski di tataran rakyat biasa, semisal bom bunuh diri istri terduga teroris yang melibatkan tiga anaknya di Kota Sibolga, Sumatera Utara pada Rabu, 13/03/2019.

Salah satu sejarah yang memnjejak dalam ingatan saya sejak SMP (mata pelajaran Sejarah Indonesia) adalah kisah Ken Arok, Tunggul Ametung, dan keris Mpu Gandring dalam naskah Pararaton pada 1220-an. Keris yang dipakai Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung, kemudian Kebo Ijo dihukum mati dengan keris itu, lalu keris itu pun menewaskan Ken Arok di tangan Anusapati--anaknya Tunggul Ametung, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun