Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Antara Pesta Demokrasi dan Perang Politik Praktis

2 Maret 2019   00:08 Diperbarui: 2 Maret 2019   23:44 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau rakyat suntuk dalam "pesta demokrasi" tetapi para elite politik justru merecoki "pesta" dengan "perang", betapa berbahayanya nasib rakyat. Rakyat sama sekali tidak memahami, "perang" antarelite terjadi demi "kepentingan" apa-siapa.

Situasi "perang" itu seumpama peribahasa "Gajah melawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah". Ya, antarelite malah berperang pada saat rakyat sedang berpesta. Bagaimana seandainya dalam suatu pesta dengan pagelaran dangdut sekian hari suntuk tetapi di situ pun terjadi perang?

Ah, memang miris sekali urusan berbangsa-bernegara kalau segelintir elite politik justru berulah seakan Indonesia sedang berperang dengan sesama bangsanya sendiri. Dengan seenaknya mereka memelintir kata "pesta" menjadi "perang". Bukankah tiada "perang" tanpa suatu alasan sekaligus tujuan, 'kan?

Maka, pendidikan politik macam apakah yang sesungguhnya sedang diajarkan sekaligus dipraktikkan oleh para elite politik di Republik ini? Apakah benar-benar demi "negeri adil-makmur" ataukah "negeri hancur-lebur"?

Mendadak saya tergelitik untuk memarodikan sebagian lirik dari pada lagu "Cipir Kacang Panjang" tadi. Cipir kacang panjang / rawat koreng pakai perban / Cibir jadi perang / rakyat hanya jadi korban. 

*******
Balikpapan, 1 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun