Barangkali satu-satunya lagu populer yang sempat hits sekaligus menyemarakkan pemilu adalah "Cipir Kacang Panjang" yang dinyanyikan Jamal Mirdad pada 1982, dan masa Pemilu 1982. Lagu itu ciptaan A. Riyanto, dan terkumpul dalam album "Hati Lebur jadi Debu".
Cipir Kacang Panjang
Cipir kacang panjang
tukang parkir di Tana Abang
Mikir-mikir utang
badan kurus tinggal tulang
Cipir kacang panjang
burung b'libis masuk k'ranjang
Tidak punya uang
nyaris-nyaris jualan s'lendang
Refr.
Mari kawan-kawan
membangun negara kita
Neg'ri adil makmur
memberantas penyakitnya
uang semir, korupsi, manipulasi
milik neg'ri
Cipir buah duku
asem manis buatan mbakyu
Sukseskan Pemilu
delapan dua kita bertemu
Saya masih mengingat lagu jadul berpantun itu karena, di kampung kami, Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, ada satu-dua tetangga yang sering memasangnya (menyetel) dengan cukup nyaring melalui sepasang pengeras suara (speaker) di rumah mereka. Maklumlah, saya memang asli budak kampung, suka keluyuran (sekaput; natak), dan masih teringat ada satu-dua tetangga saja yang mampu memperdengarkan lagu-lagu populer pada zaman itu.
Pemilu 1982 merupakan pemilu ke-4 yang diselenggarakan negara, dan pemilu ke-2 pada masa rezim Soeharto. Pencoblosan dilakukan pada 4 Mei 1982. Belum ada Pemilihan Presiden (Pilpres) seperti sejak 2004 karena presiden dan wakil presiden dipilih melalui parlemen.
Pemilu 1982 hanya diikuti oleh tiga partai, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pemilu yang diikuti hanya oleh tiga partai semacam itu mulai berlaku sejak Pemilu 1977.
Tentu saja, mars "Pemilihan Umum" ciptaan Mochtar Embut sudah berkumandang di media elektronik, baik radio (RRI) maupun televisi (TVRI). Lagu "wajib" rezim ORBA itu rutin muncul sejak 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, sampai 1997.