Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bayang-bayang Kampung Halaman di Tempat Baru

25 Mei 2016   04:49 Diperbarui: 25 Mei 2016   21:25 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika aku terdiam. Sebuah teguran yang sangat keras, bahkan jauh lebih keras daripada seluruh tabokan yang pernah kuterima dari Ayah. Abang ini tidak kasihan sama sekali pada Ibu. Ayah juga sudah tua. Tinggal Abang yang belum… menikah!

***  

Pukul 21.30 aku melangkah ke gudang untuk mengambil sebuah tas besar yang pernah kupakai ketika bersekolah di Yogyakarta. Aku akan memakainya lagi. Kebetulan berpapasan dengan Ayah yang baru saja memasang perangkap tikus sejak kucing di rumah semakin rewel alias tidak lagi doyan tikus.

Nek ke mane, ngambik tas tu?”

"Nek ke Jakarta, bisok siang.”

 “Ndok, ngape mendadak bener?”

 "Tadi pagi kawanku dateng, nek ngajak ke Jakarta, mantu gawe je.”

 Ayah tidak menyahut melainkan menatapku dari kepala sampai kaki. Aku tidak mengerti, mengapa tatapan Ayah sampai begitu rupa.

Kemudian Ayah berbalik, melangkah ke luar pintu gudang. Ayah tidak berkata apa-apa. Hal ini berdampak langsung padaku. Aku dihinggapi rasa tidak enak hati, dan merasa serba salah. Aku seolah-olah tengah mengombang-ambingkan perasaan seseorang yang paling berjasa dalam hidupku.

Apakah aku akan pergi lagi meski belum satu tahun aku berada di kampung halaman, ataukah aku menolak ajakan kawanku.

Pikiran ini mengaduk-aduk perasaanku.Orangtuaku selalu berharap anak-anaknya bisa berkumpul lagi di kampung halaman. Tidak perlu khawatir soal tempat tinggal karena orangtuaku memiliki sejumlah lahan di beberapa tempat. Kedua kakakku, aku, dan ketiga adikku sudah mendapat kavlingan. Tinggal pilih. Mau di daerah Gang Enggano, sudah ada lahan seluas 1200 m2. Mau dekat Perumnas Air Ruai, juga ada lahan seluas 2000 m2. Atau, yang dekat Bukit Betung, seluas 1 ha, silakan ambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun