Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berita Pagi

24 Mei 2016   03:15 Diperbarui: 24 Mei 2016   14:55 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kasihan Demun. Kasihan anaknya yang lucu itu, ya?”

Kalo kamu mau ke rumah Demun, sendirian aja dulu, Ji. Nanti aku nyusul. Pahamlah , aku cuma penjaga bayaran, bukan pemilik warung ini.”

Oke!”

Belum sempat Oji menghabiskan sisa es tehnya, Demun sudah nongol lagi. Air muka Demun tampak keruh. Nafasnya terengah-engah.

“Ada apa, Mun?” tanya Jujuk agak hati-hati, juga mewakili pertanyaan yang ingin diajukan Oji. Jangan-jangan Syila… Jujuk agak ngeri membayangkannya.

“Barusan mertuaku, kakeknya Syila, meninggal. Sakit gula parahnya kambuh.”

Jujuk dan Oji diam. Tidak menanyakan soal jadi-tidaknya mereka mancing, atau menanyakan bagaimana kabar Syila. Serta-merta sunyi menyambangi warung bubur kacang hijau itu.

*******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun