Menepati Injil Suci
Â
St. Fransiskus dari Assisi mendasarkan hidup persaudaraannya atas dasar dari  inspirasi Injil Kristus. Hal ini terlihat dari cara hidupnya yang secara totalitas digerakkan oleh Injil yang hidup. Menurut Fransiskus, Injil merupakan jalan menuju Kristus. Fransiskus, Bernardinus dari Quintavalle dan Petrus Catani ketika mereka berada di gereja St. Nikolaus, mereka membuka sebuah Injil yang mendasari hidup persaudaraan mereka pada kala itu.  [6]
Â
Mereka tiga kali membuka Injil yang merupakan bukti otentik bahwa Fransiskus diarahkan oleh Roh Kudus supaya hidup sesuai Injil dan ilham Ilahi. Fransiskus dalam membentuk persaudaraannya, meyakini bahwa sebagaimana Yesus membentuk komunitas Apostolik-Nya dengan para rasul, begitu juga dia meneladani semangat Yesus untuk membentuk persaudaraan dalam komunitas nya tersebut. [7]Bunyi injil yang mereka buka yakni: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga (Mat 19:21)". Â Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat dan bekal, roti atau uang, atau dua helai baju (Luk 9:3)". Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat 16:24)''. Setelah tiga kali peneguhan itu diberikan dan dinyatakan, Fransiskus lalu berkata kepada dua orang saudara yang mau mengikutinya itu: "Saudara-saudara, inilah hidup dan 'Peraturan Hidup' kita.
Â
 Di dalam Injil, termuat kebenaran iman yang menghantar setiap orang kepada jalan kebenaran dan keselamatan. Dalam kehidupannya, Fransiskus menginternalisasi kan Injil dengan pertobatan dan mewartakan kabar gembira bagi semua orang yang dijumpainya. Dengan kata lain, Fransiskus memberitakan warta Injil kepada dunia di sekitarnya pada masa itu. Fransiskus mengajarkan bahwa Injil Yesus Kristus ialah satu-satunya "motor" penggerak hidup persaudaraan. Hidup Injil Kristus dalam diri para saudaranya, terlihat paling nyata dalam setiap saudara yang mempersembahkan roti dan anggur (Tubuh dan Darah Kristus) dalam Perayaan Ekaristi Kudus.[8]
Â
Melalui perayaan Ekaristi seperti itulah Allah menyatakan kasih-Nya di tengah-tengah kita umat-Nya. Dengan saling mencintai dan mengasihi merupakan gambaran konkret hidup orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus. Yesus adalah teladan paling utama cinta yang sempurna dalam hidup Santo Fransiskus, sehingga ia ingin menyerupai Kristus. Dia menyelamatkan semua manusia dengan mengurbankan jiwa dan raga-Nya di salib. Melalui peristiwa salib sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya, Dia mengungkapkan Cinta sejati Allah yang sebenarnya, yang kemudian tinggal dan hidup di dalam hati seluruh orang beriman. [9]Di dalam kebesaran cinta-Nya, Yesus menyebut para murid-Nya sahabat, saudara-Nya sendiri, dan dengan demikian Dia mengharapkan agar para murid untuk hidup saling mencintai sebagai satu saudara dengan yang lain.
Â
Keadilan Terhadap Keutuhan Ciptaan