Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 67-68

13 Desember 2024   05:25 Diperbarui: 12 Desember 2024   15:37 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Pengalaman di Laboratorium

Josefa selalu merasa antusias setiap kali memasuki laboratorium pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB). Baginya, tempat ini bukan sekadar ruang dengan peralatan canggih, tetapi juga pusat pengetahuan dan inovasi yang membuka banyak peluang. Di sini, ia bisa belajar lebih mendalam tentang berbagai teknik pertanian modern yang bisa diterapkan di kampung halamannya.

Suatu hari, Josefa mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian tentang komposisi tanah dan efektivitas pupuk organik. Dengan bimbingan dari dosen dan bantuan Teguh, Josefa mulai mengumpulkan sampel tanah dari berbagai lokasi di sekitar kampus. Dia ingin memahami bagaimana variasi dalam komposisi tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama tanaman umbi-umbian yang menjadi fokusnya.

"Sebelum kita mulai, pastikan semua alat sudah disterilkan," kata Teguh sambil memeriksa mikroskop dan alat uji lainnya. "Kita harus memastikan bahwa hasilnya akurat."

Josefa mengikuti instruksi dengan seksama. Dia mengamati setiap detail prosedur yang dijelaskan oleh Teguh dan dosen pembimbingnya. Pengalaman ini sangat berharga baginya, karena dia belajar cara menganalisis tanah dengan menggunakan teknologi yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Saya penasaran, Teguh, apakah kita bisa menemukan pola tertentu dari hasil sampel tanah ini?" tanya Josefa dengan antusias.

"Tentu saja bisa," jawab Teguh. "Dengan analisis yang tepat, kita bisa mengetahui karakteristik tanah yang paling cocok untuk setiap jenis tanaman. Ini sangat penting untuk memastikan efisiensi dalam penggunaan pupuk."

Saat hasil uji mulai keluar, Josefa terkejut melihat betapa beragamnya komposisi tanah dari berbagai sampel. Beberapa sampel menunjukkan kandungan nutrisi yang sangat rendah, sementara yang lain kaya akan mineral. Dia mulai memahami pentingnya menyesuaikan jenis pupuk dan teknik pengolahan tanah sesuai dengan kondisi spesifik.

"Dengan data ini, kita bisa membuat rekomendasi yang lebih tepat untuk petani di kampungmu," kata Teguh sambil menunjukkan hasil analisis di layar komputer. "Kita bisa menunjukkan bagaimana cara meningkatkan kesuburan tanah dengan cara yang efisien dan ramah lingkungan."

Josefa merasa semakin yakin dengan misi yang diembannya. Dia menghabiskan berjam-jam di laboratorium, menganalisis data dan menyusun laporan yang detail. Setiap kali menemukan sesuatu yang baru, dia selalu bersemangat untuk membagikannya dengan Teguh dan dosen pembimbingnya.

"Josefa, ini luar biasa! Hasil analisismu menunjukkan bahwa pupuk organik yang kita rancang bisa meningkatkan kadar nitrogen di tanah secara signifikan," seru dosen pembimbing mereka, Pak Haris.

"Terima kasih, Pak. Saya berharap ini bisa membantu banyak petani di Kampung Tabonji," jawab Josefa dengan senyum bangga.

Pengalaman di laboratorium tidak hanya menambah pengetahuan teknis Josefa, tetapi juga mengajarkannya tentang ketelitian dan kesabaran dalam penelitian. Dia menyadari bahwa setiap langkah kecil dalam penelitian ini sangat penting untuk mencapai hasil yang akurat dan dapat diandalkan.

"Pengalaman ini akan sangat berguna saat aku kembali ke Kampung Tabonji," pikir Josefa. "Aku bisa membawa pengetahuan ini dan membantu meningkatkan metode pertanian di sana."

Dengan semangat dan tekad yang semakin kuat, Josefa melanjutkan penelitiannya, yakin bahwa ilmu yang diperolehnya di laboratorium akan menjadi fondasi penting bagi masa depan pertanian di kampung halamannya.

"Saya percaya, Josefa. Dengan kerja keras dan ilmu yang kita dapatkan di sini, kita bisa membawa perubahan nyata," kata Teguh sambil menepuk bahu Josefa.

Josefa mengangguk penuh semangat. "Ayo, Teguh. Mari kita selesaikan penelitian ini dan bawa hasilnya ke Kampung Tabonji."

Dengan keyakinan dan determinasi, mereka melanjutkan penelitian, membawa harapan baru bagi masa depan pertanian di Kampung Tabonji.

Kunjungan Lapangan

Setelah berbulan-bulan belajar teori dan melakukan eksperimen di laboratorium, Josefa merasa senang saat mendengar bahwa mereka akan melakukan kunjungan lapangan. Kunjungan ini merupakan bagian dari kurikulum di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat langsung penerapan ilmu pertanian di lapangan.

Pada pagi yang cerah, Josefa dan teman-temannya berkumpul di depan gedung fakultas. Mereka naik bus yang akan membawa mereka ke sebuah kebun percobaan di daerah Puncak. Teguh duduk di samping Josefa, dan mereka berbincang-bincang tentang harapan mereka untuk kunjungan ini.

"Saya ingin melihat bagaimana teknik-teknik yang kita pelajari diterapkan di lapangan," kata Josefa dengan antusias. "Saya berharap bisa mendapatkan ide-ide baru untuk diterapkan di Kampung Tabonji."

Teguh mengangguk. "Ya, aku juga. Kita harus mencari cara agar teknologi ini bisa disesuaikan dengan kondisi di kampungmu."

Setibanya di lokasi, mereka disambut oleh seorang agronom yang berpengalaman. Dia membawa mereka berkeliling kebun dan menjelaskan berbagai metode pertanian yang digunakan di sana. Josefa terpukau melihat sistem irigasi modern yang efisien, penggunaan pupuk organik yang tepat, dan teknik pengendalian hama yang ramah lingkungan.

"Sistem irigasi tetes ini sangat efisien dalam penggunaan air," jelas agronom sambil menunjukkan instalasi irigasi. "Dengan metode ini, air diberikan langsung ke akar tanaman, sehingga mengurangi pemborosan."

"Wow, ini bisa sangat berguna di kampung kami yang sering mengalami kekurangan air," kata Josefa kepada Teguh.

"Benar sekali," jawab Teguh. "Kita harus mencatat ini."

Salah satu bagian yang paling menarik bagi Josefa adalah demonstrasi penggunaan biopestisida. Agronom tersebut menunjukkan bagaimana bahan-bahan alami seperti ekstrak daun mimba dan bawang putih dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanpa merusak lingkungan.

"Ternyata, banyak teknik ramah lingkungan yang bisa kita gunakan," kata Teguh sambil mencatat setiap detail. "Ini bisa menjadi solusi untuk masalah hama di kampungmu."

"Betul, aku bisa bayangkan ini diterapkan di ladang-ladang ubi di kampung," balas Josefa dengan semangat.

Josefa juga terkesan dengan sistem rotasi tanaman yang diterapkan di kebun tersebut. Agronom menjelaskan bahwa dengan merotasi tanaman, mereka bisa mempertahankan kesuburan tanah dan mengurangi risiko penyakit tanaman.

"Kami biasanya menanam jagung setelah panen kacang-kacangan untuk memperbaiki nitrogen dalam tanah," jelas agronom tersebut. "Ini membantu meningkatkan hasil panen tanpa harus menggunakan banyak pupuk kimia."

"Ini sangat masuk akal," kata Josefa. "Mungkin kita bisa mencoba rotasi tanaman di Kampung Tabonji dengan tanaman yang cocok."

Setelah tur selesai, Josefa merasa sangat terinspirasi. Dia memiliki banyak ide yang ingin dia coba ketika kembali ke Kampung Tabonji. Kunjungan ini memberinya gambaran nyata tentang bagaimana ilmu pertanian modern dapat diterapkan dengan sukses.

"Ini adalah pengalaman yang sangat berharga," kata Josefa kepada Teguh saat mereka kembali ke bus. "Saya tidak sabar untuk mencoba semua yang kita pelajari di kampung nanti."

Teguh tersenyum. "Aku juga, Josefa. Mari kita buat perubahan besar di sana."

Dengan semangat yang baru, Josefa merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. Dia tahu bahwa penerapan ilmu ini di Kampung Tabonji akan membutuhkan kerja keras, tetapi dengan pengetahuan yang diperolehnya dari kunjungan lapangan ini, dia merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk membawa perubahan positif bagi komunitasnya.

"Saya yakin, dengan semua yang kita pelajari dan dukungan dari teman-teman di kampus, kita bisa melakukannya," kata Josefa dengan penuh keyakinan.

"Setuju," jawab Teguh. "Ini baru permulaan, Josefa. Perjalanan kita masih panjang, tapi kita siap menghadapinya."

(Bersambung)

Merauke, 13 Desember 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun