"Saya ingin melihat bagaimana teknik-teknik yang kita pelajari diterapkan di lapangan," kata Josefa dengan antusias. "Saya berharap bisa mendapatkan ide-ide baru untuk diterapkan di Kampung Tabonji."
Teguh mengangguk. "Ya, aku juga. Kita harus mencari cara agar teknologi ini bisa disesuaikan dengan kondisi di kampungmu."
Setibanya di lokasi, mereka disambut oleh seorang agronom yang berpengalaman. Dia membawa mereka berkeliling kebun dan menjelaskan berbagai metode pertanian yang digunakan di sana. Josefa terpukau melihat sistem irigasi modern yang efisien, penggunaan pupuk organik yang tepat, dan teknik pengendalian hama yang ramah lingkungan.
"Sistem irigasi tetes ini sangat efisien dalam penggunaan air," jelas agronom sambil menunjukkan instalasi irigasi. "Dengan metode ini, air diberikan langsung ke akar tanaman, sehingga mengurangi pemborosan."
"Wow, ini bisa sangat berguna di kampung kami yang sering mengalami kekurangan air," kata Josefa kepada Teguh.
"Benar sekali," jawab Teguh. "Kita harus mencatat ini."
Salah satu bagian yang paling menarik bagi Josefa adalah demonstrasi penggunaan biopestisida. Agronom tersebut menunjukkan bagaimana bahan-bahan alami seperti ekstrak daun mimba dan bawang putih dapat digunakan untuk mengendalikan hama tanpa merusak lingkungan.
"Ternyata, banyak teknik ramah lingkungan yang bisa kita gunakan," kata Teguh sambil mencatat setiap detail. "Ini bisa menjadi solusi untuk masalah hama di kampungmu."
"Betul, aku bisa bayangkan ini diterapkan di ladang-ladang ubi di kampung," balas Josefa dengan semangat.
Josefa juga terkesan dengan sistem rotasi tanaman yang diterapkan di kebun tersebut. Agronom menjelaskan bahwa dengan merotasi tanaman, mereka bisa mempertahankan kesuburan tanah dan mengurangi risiko penyakit tanaman.
"Kami biasanya menanam jagung setelah panen kacang-kacangan untuk memperbaiki nitrogen dalam tanah," jelas agronom tersebut. "Ini membantu meningkatkan hasil panen tanpa harus menggunakan banyak pupuk kimia."