Meningkatkan Empati
Mengapresiasi gaya bahasa lawan bicara: Empati adalah dasar untuk menjembatani perbedaan komunikasi. Tannen (1990) menyatakan bahwa memahami perbedaan antara gaya komunikasi laki-laki dan perempuan dapat membantu individu mengapresiasi perspektif lawan bicara. Mengapresiasi gaya bahasa berarti menghindari prasangka bahwa satu pendekatan lebih baik daripada yang lain, baik fokus pada logika maupun emosi.
Menghindari asumsi superioritas gaya bahasa: Menghindari sikap defensif atau asumsi superioritas terhadap gaya komunikasi tertentu penting untuk membangun hubungan yang lebih baik. Cameron (2005) menunjukkan bahwa semua bentuk komunikasi memiliki nilai yang setara, tetapi pengaruh budaya dapat menciptakan stereotip yang salah. Dalam konteks ini, empati memungkinkan fleksibilitas dan adaptasi terhadap kebutuhan lawan bicara.
Mengembangkan Keterampilan Mendengar Aktif
Fokus pada pesan verbal dan non-verbal secara seimbang: Mendengar aktif melibatkan perhatian penuh terhadap pesan yang disampaikan baik secara verbal maupun melalui ekspresi non-verbal. John Stewart dalam Bridges Not Walls: A Book About Interpersonal Communication (2011) menjelaskan bahwa mendengar aktif adalah keterampilan utama dalam memperkuat hubungan antarpribadi, karena membantu pendengar memahami emosi yang mendasari pesan.
Menjawab dengan bahasa yang mengakui emosi dan logika: Tannen (1990) menyarankan bahwa respons yang ideal dalam komunikasi melibatkan pengakuan terhadap dimensi emosional dan logis dari pesan. Contohnya, ketika perempuan menyampaikan kekhawatiran, laki-laki dapat menunjukkan empati dengan terlebih dahulu mengakui perasaan sebelum memberikan solusi.
Menyesuaikan Penggunaan Bahasa
Laki-Laki menggunakan lebih banyak elemen emosional: Penelitian Holmes (1995) menunjukkan bahwa laki-laki dapat meningkatkan hubungan interpersonal dengan menambahkan elemen emosional ke dalam komunikasi. Misalnya, dengan menggunakan ungkapan simpati atau bahasa tubuh yang mendukung, laki-laki dapat membantu lawan bicara perempuan merasa didengar.
Perempuan menekankan kejelasan dan struktur logis: Perempuan dapat mengurangi potensi kesalahpahaman dengan menekankan kejelasan dan struktur logis dalam menyampaikan pesan. Eagly dan Carli (2007) menyatakan bahwa komunikasi yang lebih terstruktur memungkinkan perempuan mendapatkan perhatian yang lebih besar di lingkungan kerja.
Implikasi strategi: Mengintegrasikan empati, mendengar aktif, dan penyesuaian bahasa dapat menciptakan dialog yang lebih harmonis di berbagai konteks, baik hubungan pribadi maupun profesional. Hal ini mengurangi kemungkinan konflik akibat perbedaan gaya komunikasi dan meningkatkan efektivitas interaksi.
Memahami dan menghormati perbedaan gaya bahasa antara laki-laki dan perempuan adalah langkah penting untuk menciptakan hubungan yang harmonis di berbagai aspek kehidupan. Perbedaan ini mencerminkan keberagaman cara berpikir dan dapat menjadi sumber kekayaan komunikasi jika dikelola dengan baik (Tannen, 1990). Meningkatkan empati dan keterampilan mendengar aktif merupakan kunci untuk mengatasi kesenjangan tersebut, memungkinkan dialog yang inklusif dan saling melengkapi (Cameron, 2005). Dengan pendekatan penuh kesadaran, perbedaan bahasa bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk memperkaya pemahaman dan memperkuat kerja sama dalam konteks profesional maupun pribadi. (*)