Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjembatani Perbedaan, Mengatasi Kesalahpahaman dalam Bahasa dan Komunikasi Gender

21 November 2024   05:30 Diperbarui: 21 November 2024   07:05 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak Perbedaan Bahasa dan Komunikasi Gender

Di Tempat Kerja

Perempuan dianggap terlalu emosional: Gaya bahasa perempuan yang lebih ekspresif secara emosional sering salah dimaknai sebagai kelemahan atau kurang profesional dalam lingkungan kerja yang cenderung mengutamakan logika dan efisiensi. Tannen (1990) menjelaskan bahwa cara perempuan berbicara, yang menonjolkan hubungan dan emosi, dapat membuatnya dianggap kurang kompeten dalam menyampaikan gagasan atau mengambil keputusan di tempat kerja. Eagly & Carli dalam Through the Labyrinth: The Truth About How Women Become Leaders (2007) mencatat bahwa stereotip ini sering menghambat perempuan dalam peran kepemimpinan. Di sisi lain, gaya komunikasi laki-laki yang lebih langsung dan fokus pada penyelesaian masalah dipersepsikan lebih "tepat" untuk lingkungan profesional, meskipun kurang memperhatikan aspek relasional.

Laki-Laki terlihat kurang peduli pada aspek emosional: Dalam interaksi kerja, laki-laki yang mengutamakan pendekatan logis sering dianggap kurang peduli pada hubungan interpersonal atau kesejahteraan emosional rekan kerja. Cameron (2005) menekankan bahwa fokus laki-laki pada hasil akhir tanpa memperhatikan nuansa sosial dapat menciptakan kesan dingin atau tidak peka.

Dampaknya: Perempuan mungkin merasa diabaikan atau tidak dihargai ketika pendapatnya dikesampingkan. Laki-laki mungkin dianggap kurang mendukung atau tidak kooperatif, khususnya dalam tim yang membutuhkan harmoni interpersonal.

Dalam Hubungan Pribadi

Salah paham akibat fokus berbeda antara logika dan emosi: Perbedaan fokus komunikasi laki-laki pada logika dan perempuan pada emosi sering menjadi penyebab salah paham dalam hubungan pribadi. Holmes dalam Women, Men and Politeness (1995) menunjukkan bahwa perempuan menggunakan bahasa untuk menciptakan kedekatan emosional, sementara laki-laki sering menggunakannya untuk memberikan solusi konkret. Ketika perempuan berbicara tentang masalah emosional, laki-laki mungkin salah menanggapinya dengan memberikan saran praktis alih-alih empati, yang dapat memperburuk situasi.

Perasaan salah satu pihak tidak dipahami atau diabaikan: Jika laki-laki tidak merespons secara emosional, perempuan bisa merasa diabaikan. Sebaliknya, laki-laki mungkin merasa frustrasi karena perempuan mengharapkan respons emosional daripada solusi rasional. Tannen (1990) menyebutkan bahwa hal ini adalah akar dari banyak konflik dalam hubungan heteroseksual, karena kedua belah pihak mengartikan bahasa dan tujuan komunikasi secara berbeda.

Dampaknya: Perasaan keterasingan atau tidak dimengerti sering muncul, yang dapat melemahkan hubungan jangka panjang. Jika tidak dikelola, pola ini dapat menciptakan jarak emosional yang sulit diperbaiki.

Solusi untuk menjembatani perbedaan tersebut meliputi kesadaran gender, pelatihan empati dan mendengarkan aktif. Kesadaran tentang perbedaan gaya komunikasi dapat membantu mengurangi kesalahpahaman, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. Berkaitan dengan pelatihan empati dan mendengarkan aktif, Cameron (2005) menekankan bahwa memahami bahasa tubuh, intonasi, dan konteks emosional dapat meningkatkan kualitas interaksi antargender.

Strategi Mengatasi Kesalahpahaman dalam Bahasa dan Komunikasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun