Josefa menghela napas dalam-dalam, lalu menatap Didimus. "Kadang-kadang aku merasa cemas, Didimus. Bagaimana jika semua persiapan ini tidak cukup?"
Didimus tersenyum dan menepuk bahu Josefa dengan lembut. "Kamu harus ingat, ini bukan hanya tentang persiapan fisik, tapi juga tentang keyakinan dan tekad. Kamu punya kedua hal itu dalam dirimu."
Josefa memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk membaca buku-buku tentang pertanian modern, mengasah pemahamannya tentang teknik-teknik terbaru dalam budidaya tanaman. Ia juga memperdalam pengetahuannya tentang tanaman Dambu yang menjadi kekhasan kampung halamannya, mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dalam ujian.
"Didimus, aku menemukan teknik baru dalam budidaya tanaman. Lihat ini," kata Josefa suatu malam saat mereka duduk di bawah bintang-bintang. Dia menunjukkan sebuah buku yang baru dibacanya. "Metode ini bisa meningkatkan hasil panen Dambu kita."
Didimus memperhatikan dengan antusias. "Itu luar biasa, Josefa. Kalau kamu bisa menjelaskan ini dengan baik di ujian nanti, pasti mereka akan terkesan."
Selain itu, Didimus, sahabatnya yang setia, juga turut memberikan dukungan moral dan berbagai tips untuk mengatasi stres dan kecemasan sebelum ujian. Mereka sering mengadakan sesi diskusi malam hari di bawah bintang-bintang, membahas strategi untuk menghadapi ujian dengan tenang dan fokus.
"Bagaimana kalau kita coba latihan meditasi untuk menenangkan pikiran?" usul Didimus suatu malam. "Aku pernah mendengar bahwa meditasi bisa membantu mengatasi kecemasan."
Josefa mengangguk setuju. "Baiklah, mari kita coba. Setiap bantuan untuk mengatasi kecemasan sangat berharga saat ini."
Josefa juga mengambil waktu untuk merefleksikan perjalanan hidupnya dan alasan di balik keputusannya untuk memilih IPB. Ia menyadari bahwa impian untuk mengembangkan pertanian di kampung halamannya bukan sekadar cita-cita pribadi, melainkan juga sebuah misi yang lebih besar untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungannya.
"Didimus, aku ingin mengembangkan pertanian di kampung kita. Bukan hanya untuk diriku, tapi untuk semua orang di sini," kata Josefa dengan mata berbinar. "Aku ingin membawa perubahan yang berarti."
Didimus tersenyum penuh kebanggaan. "Aku tahu kamu bisa, Josefa. Kamu punya visi dan semangat yang luar biasa."