"Sedikit gugup, Ma. Tapi aku yakin ini adalah langkah yang benar," jawab Josefa.
"Percayalah pada dirimu sendiri, Nak. Kamu telah bekerja keras untuk ini. Kami semua bangga padamu," kata Mama Maria sambil memeluk putrinya.
"Terima kasih, Mama. Doakan aku, ya," ujar Josefa dengan haru.
Dengan hati penuh harapan dan semangat, Josefa merasa siap untuk menghadapi ujian seleksi dan yakin bahwa perjuangannya selama ini akan membawanya menuju impian yang selama ini dia kejar.
Persiapan Mental
Seiring dengan persiapan fisik untuk mengumpulkan berkas aplikasi ke IPB, Josefa juga sadar akan pentingnya persiapan mental dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Sejak kecil, dia diajarkan oleh orang tuanya bahwa tekad dan keteguhan hati adalah kunci untuk mencapai impian.
Di malam-malam menjelang ujian masuk IPB, Josefa sering kali duduk sendiri di tepi pantai Kampung Tabonji. Suara ombak yang tenang dan udara segar malam Papua Selatan memberinya ketenangan dalam merenung dan mempersiapkan pikirannya untuk menghadapi ujian yang akan menentukan nasib masa depannya.
Suatu malam, saat sedang duduk di tepi pantai, Didimus mendekatinya dengan membawa dua cangkir teh hangat.
"Hei, Josefa. Aku membawakanmu teh. Kamu sudah lama di sini," kata Didimus sambil menyerahkan cangkir tersebut.
"Terima kasih, Didimus," kata Josefa dengan senyum lembut. "Aku hanya merenung, memikirkan semua yang telah kita pelajari dan persiapkan."
Didimus duduk di sampingnya, menatap ombak yang bergulung. "Kamu sudah bekerja keras, Josefa. Aku yakin kamu akan berhasil di ujian ini."