Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kolegialitas dalam Kesatuan Gereja Katolik: Makna Universal Tahbisan Uskup Agung Ende

26 Agustus 2024   06:05 Diperbarui: 26 Agustus 2024   06:07 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolegialitas menunjukkan bahwa para uskup bertanggung jawab, tidak hanya atas keuskupan masing-masing, tetapi juga atas Gereja universal. Mereka bekerja sama dalam menghadapi tantangan pastoral, doktrinal, dan sosial, serta menjalankan misi evangelisasi global. Yves Congar (1965), dalam The Meaning of Collegiality, menyatakan bahwa kolegialitas adalah wujud nyata dari persatuan Gereja, sehingga para uskup bergantung satu sama lain dan kepada Paus dalam pelayanan pastoral.

Dalam konteks kolegialitas, para uskup terlibat dalam pertemuan, sinode, dan konsili untuk membuat keputusan penting bagi Gereja di seluruh dunia. Hubungan erat ini mencerminkan panggilan Gereja untuk menjadi satu tubuh dalam Kristus, ketika setiap anggota berperan memperkuat iman dan kesatuan Gereja.

Contoh kolegialitas dalam peristiwa tahbisan: Tahbisan Mgr. Paulus Budi Kleden SVD sebagai Uskup Agung Ende menjadi contoh nyata kolegialitas. Kehadiran uskup dari berbagai daerah dan luar negeri menunjukkan solidaritas dan persaudaraan mereka. Mereka hadir bukan sekadar tamu, tetapi sebagai gembala yang mendukung Mgr. Paulus Budi Kleden dalam tugas barunya dan berkolaborasi memajukan misi Gereja di seluruh dunia.

Paus Yohanes Paulus II dalam Pastores Gregis (2003:8) menekankan pentingnya kolegialitas, yang tidak hanya dalam tindakan sakramental dan pengajaran, tetapi juga dalam berbagi beban dan sukacita pastoral. Peristiwa tahbisan ini memperlihatkan kolegialitas nyata, dengan kehadiran fisik para uskup dari berbagai belahan dunia memperkuat persatuan Gereja. Peristiwa ini tidak hanya penting bagi Keuskupan Agung Ende, tetapi juga menjadi simbol kolegialitas yang menunjukkan bagaimana Gereja Katolik bersatu dalam iman dan misi di seluruh dunia.

Universalitas Gereja Katolik

Gereja yang melampaui batas geografis: Gereja Katolik dikenal sebagai Gereja "katolik," yang berarti universal, menyatukan umat dari seluruh dunia dalam satu tubuh Kristus, melampaui batas geografis, budaya, bahasa, dan etnis. Universalitas ini menjadi salah satu ciri khas Gereja Katolik yang unik di antara komunitas-komunitas keagamaan lain. Hal ini tercermin dalam peristiwa tahbisan Uskup Paulus Budi Kleden SVD di Ende, Flores, yang dihadiri uskup-uskup dari Jepang, Australia, Chile, dan Papua New Guinea, menunjukkan bahwa Gereja Katolik hadir di seluruh dunia dan tidak terbatas pada satu lokasi atau budaya.

Menurut Lumen Gentium (1964:13), Gereja dipanggil untuk menyatukan seluruh umat manusia dalam satu iman, satu persekutuan, dan satu ikatan kasih. Karl Rahner (1974), dalam The Church and the Universal Sacrament of Salvation, menegaskan bahwa misi Kristus tidak dibatasi oleh waktu dan ruang, tetapi relevan bagi semua orang di mana pun mereka berada. Universalitas Gereja berarti bukan hanya kehadirannya di seluruh dunia, melainkan juga keterlibatannya dalam mengintegrasikan berbagai budaya ke dalam satu iman dan komunitas yang utuh.

Dampak terhadap umat: Universalitas Gereja Katolik berdampak mendalam bagi umat, baik lokal maupun global. Di tingkat lokal, umat merasa terhubung lebih kuat dengan Gereja universal saat melihat bagaimana Gereja hadir di berbagai tempat dan bahwa mereka bagian dari keluarga global yang lebih besar. Ini memperkuat iman dan komitmen mereka. Di tingkat global, universalitas Gereja menumbuhkan solidaritas di antara umat dari berbagai negara. Peristiwa seperti tahbisan uskup dengan kehadiran uskup dari berbagai negara mengingatkan umat bahwa Gereja adalah "satu tubuh" dalam Kristus, yaitu semua anggota saling mendukung terlepas dari perbedaan budaya. 

Paus Fransiskus, dalam Fratelli Tutti (2020: 8), menekankan bahwa Gereja adalah sakramen kesatuan dan tempat untuk merasakan persaudaraan universal. Universalitas ini tidak hanya memperkaya kehidupan spiritual umat, tetapi juga menggerakkan mereka untuk terlibat dalam misi Gereja di dunia, membangun jembatan persaudaraan dan kebaikan bersama.

Refleksi dan Implikasi

Kesatuan dan tantangan zaman: Dalam era globalisasi dan sekularisasi, kesatuan dan kolegialitas Gereja Katolik menjadi semakin penting. Gereja dipanggil untuk menjadi tanda kesatuan umat manusia, namun tantangan seperti homogenisasi budaya, sekularisasi yang mengikis nilai religius, dan konflik global menguji kesatuan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun