Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kolegialitas dalam Kesatuan Gereja Katolik: Makna Universal Tahbisan Uskup Agung Ende

26 Agustus 2024   06:05 Diperbarui: 26 Agustus 2024   06:07 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Pada tanggal 22 Agustus 2024, sebuah peristiwa bersejarah berlangsung di Ende, Flores: Pastor Paulus Budi Kleden SVD ditahbiskan sebagai Uskup Agung baru. Peristiwa ini tidak hanya menjadi momen penting bagi komunitas Gereja Katolik Regio Nusa Tenggara, tetapi juga menarik perhatian Gereja Katolik di seluruh Indonesia dan dunia. Kehadiran hampir semua uskup dari Indonesia serta para uskup dari berbagai negara, seperti Jepang, Australia, Chile, dan Papua New Guinea, menandai betapa signifikan peristiwa ini dalam konteks yang lebih luas.

Tahbisan ini bukan sekadar seremonial lokal; ia mencerminkan sebuah tradisi yang kaya dalam Gereja Katolik: kolegialitas dan kesatuan menjadi pondasi utama. Para uskup yang datang dari berbagai belahan dunia, tidak hanya memberikan dukungan moral dan spiritual kepada Uskup Agung yang baru, tetapi juga menunjukkan solidaritas dan kesatuan yang melampaui batas geografis dan budaya. Ini adalah bukti nyata dari universalitas Gereja Katolik, yang bersatu dalam iman, kasih, dan misi yang sama, terlepas dari perbedaan latar belakang.

Melalui kehadiran mereka, para uskup ini memperlihatkan bahwa Gereja Katolik adalah sebuah tubuh yang satu, yaitu setiap bagiannya bekerja sama demi kebaikan bersama. Kolegialitas para uskup ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama dalam memimpin umat dan menjaga kesatuan Gereja, baik di tingkat lokal maupun global. Inilah esensi dari tahbisan Mgr. Paulus Budi Kleden yang lebih dalam, bukan hanya sebagai peristiwa sakral, tetapi juga sebagai manifestasi konkret dari kesatuan dan kolegialitas yang menjadi jantung Gereja Katolik universal.

Kesatuan Gereja Katolik: Konsep dan Realitas

Definisi: Kesatuan dalam Gereja Katolik adalah salah satu dari empat tanda Gereja yang diakui dalam Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel: satu, kudus, katolik, dan apostolik. Kesatuan ini, yang mencerminkan panggilan ilahi, menjadikan Gereja sebagai tubuh Kristus di dunia. Lumen Gentium (1964:13) menegaskan bahwa Gereja yang satu dan satu-satunya didirikan oleh Kristus dan dihimpun oleh Roh Kudus. Kesatuan ini mencakup dua aspek: spiritual dan struktural.

Secara spiritual, kesatuan Gereja berakar pada iman yang sama, diajarkan oleh Kristus, diwartakan oleh para Rasul, dan diteruskan melalui tradisi apostolik. Sakramen, terutama Ekaristi, menjadi sumber dan puncak kesatuan ini. St. Paulus menulis, "Berusahalah memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: satu tubuh dan satu Roh ..." (Ef 4:3-4). 

Secara struktural, kesatuan tercermin dalam kepemimpinan hirarkis Gereja, dari Paus hingga uskup, imam, dan diakon. Ikatan ini menghubungkan komunitas-komunitas lokal di seluruh dunia, menjadikan Gereja Katolik universal. Teolog Karl Rahner (1963), dalam The Church and the Sacraments, menyatakan bahwa lintasan spiritual Gereja membutuhkan manifestasi lahiriah dalam kesatuan struktural.

Peran Uskup dalam memelihara kesatuan: Peran uskup sangat penting dalam memelihara kesatuan, baik di tingkat lokal maupun universal. Sebagai penerus para Rasul, mereka menjaga ajaran iman, memimpin umat dalam ibadat, dan memelihara persaudaraan di antara anggota Gereja. 

Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1992:887) menyebutkan bahwa uskup-uskup sebagai gembala umat, dalam kebersamaan dengan Paus, adalah saksi dan pelindung kesatuan Gereja. Uskup bekerja dalam kolegialitas dengan Paus dan sesama uskup untuk menjaga kesatuan iman di seluruh dunia. Konsili Vatikan II, dalam Christus Dominus (1965:4), menekankan bahwa para uskup harus bertindak sebagai satu tubuh demi kesatuan seluruh Gereja.

Kolegialitas Para Uskup

Makna kolegialitas: Kolegialitas dalam Gereja Katolik merujuk pada kerja sama erat antara para uskup yang, sebagai kolektif, memimpin Gereja universal. Meski setiap uskup memiliki otoritas penuh di keuskupannya, mereka bekerja dalam kesatuan dengan Paus dan sesama uskup untuk menjaga persatuan Gereja. Lumen Gentium (LG 1964:22) menegaskan bahwa tubuh para Uskup, bersama Paus sebagai kepala, memiliki kekuasaan tertinggi atas seluruh Gereja.

Kolegialitas menunjukkan bahwa para uskup bertanggung jawab, tidak hanya atas keuskupan masing-masing, tetapi juga atas Gereja universal. Mereka bekerja sama dalam menghadapi tantangan pastoral, doktrinal, dan sosial, serta menjalankan misi evangelisasi global. Yves Congar (1965), dalam The Meaning of Collegiality, menyatakan bahwa kolegialitas adalah wujud nyata dari persatuan Gereja, sehingga para uskup bergantung satu sama lain dan kepada Paus dalam pelayanan pastoral.

Dalam konteks kolegialitas, para uskup terlibat dalam pertemuan, sinode, dan konsili untuk membuat keputusan penting bagi Gereja di seluruh dunia. Hubungan erat ini mencerminkan panggilan Gereja untuk menjadi satu tubuh dalam Kristus, ketika setiap anggota berperan memperkuat iman dan kesatuan Gereja.

Contoh kolegialitas dalam peristiwa tahbisan: Tahbisan Mgr. Paulus Budi Kleden SVD sebagai Uskup Agung Ende menjadi contoh nyata kolegialitas. Kehadiran uskup dari berbagai daerah dan luar negeri menunjukkan solidaritas dan persaudaraan mereka. Mereka hadir bukan sekadar tamu, tetapi sebagai gembala yang mendukung Mgr. Paulus Budi Kleden dalam tugas barunya dan berkolaborasi memajukan misi Gereja di seluruh dunia.

Paus Yohanes Paulus II dalam Pastores Gregis (2003:8) menekankan pentingnya kolegialitas, yang tidak hanya dalam tindakan sakramental dan pengajaran, tetapi juga dalam berbagi beban dan sukacita pastoral. Peristiwa tahbisan ini memperlihatkan kolegialitas nyata, dengan kehadiran fisik para uskup dari berbagai belahan dunia memperkuat persatuan Gereja. Peristiwa ini tidak hanya penting bagi Keuskupan Agung Ende, tetapi juga menjadi simbol kolegialitas yang menunjukkan bagaimana Gereja Katolik bersatu dalam iman dan misi di seluruh dunia.

Universalitas Gereja Katolik

Gereja yang melampaui batas geografis: Gereja Katolik dikenal sebagai Gereja "katolik," yang berarti universal, menyatukan umat dari seluruh dunia dalam satu tubuh Kristus, melampaui batas geografis, budaya, bahasa, dan etnis. Universalitas ini menjadi salah satu ciri khas Gereja Katolik yang unik di antara komunitas-komunitas keagamaan lain. Hal ini tercermin dalam peristiwa tahbisan Uskup Paulus Budi Kleden SVD di Ende, Flores, yang dihadiri uskup-uskup dari Jepang, Australia, Chile, dan Papua New Guinea, menunjukkan bahwa Gereja Katolik hadir di seluruh dunia dan tidak terbatas pada satu lokasi atau budaya.

Menurut Lumen Gentium (1964:13), Gereja dipanggil untuk menyatukan seluruh umat manusia dalam satu iman, satu persekutuan, dan satu ikatan kasih. Karl Rahner (1974), dalam The Church and the Universal Sacrament of Salvation, menegaskan bahwa misi Kristus tidak dibatasi oleh waktu dan ruang, tetapi relevan bagi semua orang di mana pun mereka berada. Universalitas Gereja berarti bukan hanya kehadirannya di seluruh dunia, melainkan juga keterlibatannya dalam mengintegrasikan berbagai budaya ke dalam satu iman dan komunitas yang utuh.

Dampak terhadap umat: Universalitas Gereja Katolik berdampak mendalam bagi umat, baik lokal maupun global. Di tingkat lokal, umat merasa terhubung lebih kuat dengan Gereja universal saat melihat bagaimana Gereja hadir di berbagai tempat dan bahwa mereka bagian dari keluarga global yang lebih besar. Ini memperkuat iman dan komitmen mereka. Di tingkat global, universalitas Gereja menumbuhkan solidaritas di antara umat dari berbagai negara. Peristiwa seperti tahbisan uskup dengan kehadiran uskup dari berbagai negara mengingatkan umat bahwa Gereja adalah "satu tubuh" dalam Kristus, yaitu semua anggota saling mendukung terlepas dari perbedaan budaya. 

Paus Fransiskus, dalam Fratelli Tutti (2020: 8), menekankan bahwa Gereja adalah sakramen kesatuan dan tempat untuk merasakan persaudaraan universal. Universalitas ini tidak hanya memperkaya kehidupan spiritual umat, tetapi juga menggerakkan mereka untuk terlibat dalam misi Gereja di dunia, membangun jembatan persaudaraan dan kebaikan bersama.

Refleksi dan Implikasi

Kesatuan dan tantangan zaman: Dalam era globalisasi dan sekularisasi, kesatuan dan kolegialitas Gereja Katolik menjadi semakin penting. Gereja dipanggil untuk menjadi tanda kesatuan umat manusia, namun tantangan seperti homogenisasi budaya, sekularisasi yang mengikis nilai religius, dan konflik global menguji kesatuan ini. 

Paus Fransiskus, dalam Evangelii Gaudium (2013:117), menekankan pentingnya kerja sama uskup dan Gereja universal untuk menghadapi tantangan zaman. Sementara teolog Hans Urs von Balthasar (1986), dalam The Office of Peter and the Structure of the Church, mengingatkan bahwa kesatuan Gereja harus berasal dari Kristus, bukan usaha manusiawi. Contoh nyata kolegialitas ini terlihat dalam tahbisan Uskup Mgr. Paulus Budi Kleden SVD, momen para uskup menunjukkan solidaritas mereka dalam menjaga kesatuan Gereja.

Pentingnya doa dan dukungan bagi para uskup: Para uskup membutuhkan dukungan spiritual dari umat untuk menjalankan tugas mereka. Paus Benediktus XVI (2007), dalam Jesus of Nazareth, menekankan bahwa para uskup memerlukan doa dari umat untuk menghadapi tantangan dengan bijaksana dan penuh kasih. 

Katekismus Gereja Katolik (1997:2636) juga menyatakan bahwa doa adalah kebutuhan dasar untuk mendukung pemimpin Gereja. Selain doa, umat dipanggil untuk bekerja sama secara aktif dengan para uskup dalam misi Gereja. Dengan demikian, kesatuan dan kolegialitas adalah tanggung jawab bersama, baik para uskup maupun umat, demi menjaga Gereja tetap menjadi tanda harapan dan kasih di dunia.

Pembahasan dalam artikel ini menunjukkan bahwa tahbisan Uskup Paulus Budi Kleden SVD di Ende, Flores, pada 22 Agustus 2024, bukan hanya sebuah peristiwa seremonial, tetapi juga cerminan mendalam dari kesatuan dan kolegialitas Gereja Katolik yang universal. Kehadiran para uskup dari berbagai penjuru dunia menegaskan bahwa Gereja, meski tersebar di berbagai wilayah dengan latar belakang budaya yang beragam, tetap satu dalam iman, pelayanan, dan misi. 

Di tengah tantangan globalisasi, sekularisasi, dan konflik, kolegialitas para uskup serta doa dan dukungan umat menjadi kunci untuk mempertahankan kesatuan ini. Dengan semangat kesatuan yang kuat, Gereja terus bergerak maju, menghadirkan kasih dan harapan bagi dunia yang membutuhkan. (*)

Merauke, 26 Agustus 2024

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun