Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Antar Dulang" dalam Masyarakat Lamaholot, Ekspresi Solidaritas atau Pemborosan?

5 Agustus 2024   06:10 Diperbarui: 5 Agustus 2024   14:27 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Dengan mengadakan pertemuan komunitas, anggota dapat mendiskusikan batasan atau panduan yang jelas mengenai kontribusi yang diperlukan, yang bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing keluarga.

Sistem berbagi beban: Menggalakkan sistem berbagi beban antar-anggota komunitas juga merupakan solusi yang dapat mengurangi tekanan finansial pada individu atau keluarga tertentu. 

Dalam sistem ini, komunitas dapat membentuk kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk menyumbangkan jenis barang tertentu, sehingga beban tidak terletak pada satu atau dua pihak saja. 

Menurut Bennett (2013), dalam Community and Sharing: The Economics of Cooperative Practices, praktik berbagi tidak hanya mengurangi beban ekonomi, tetapi juga meningkatkan solidaritas dan keterhubungan di dalam masyarakat.

Edukasi dan kesadaran: Meningkatkan edukasi dan kesadaran tentang dampak ekonomi dan lingkungan dari pemborosan dapat mendorong perubahan perilaku dalam pelaksanaan tradisi ini. 

Taufik (2015), dalam Education for Sustainable Development in Indonesia, menekankan pentingnya pendidikan dalam menciptakan komunitas yang sadar akan dampak jangka panjang dari tindakan mereka. 

Dengan mengadakan lokakarya atau diskusi komunitas, masyarakat dapat didorong untuk memikirkan kembali cara-cara untuk mempertahankan tradisi sambil meminimalkan dampak negatifnya.

Fleksibilitas dalam pelaksanaan: Memberikan fleksibilitas dalam pelaksanaan tradisi "antar dulang" juga bisa menjadi solusi. Hal ini memungkinkan keluarga untuk berkontribusi dalam bentuk yang berbeda, seperti menyumbang tenaga atau keterampilan sebagai alternatif dari sumbangan materi. 

Menurut White (2016), dalam Ritual Flexibility: Adapting Tradition to Modern Needs, adaptabilitas dalam praktik ritual dapat membantu tradisi tetap relevan dan berkelanjutan dalam konteks sosial dan ekonomi yang berubah.

Penutup

Tradisi "antar dulang" dalam masyarakat Lamaholot merupakan simbol solidaritas dan kebersamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini menggambarkan nilai-nilai inti yang penting dalam menjaga ikatan sosial dan kebudayaan, seperti dukungan komunitas dan kerja sama. Namun, di tengah perubahan sosial dan ekonomi yang cepat, tantangan baru muncul, termasuk beban ekonomi, pemborosan sumber daya, dan tekanan sosial dalam mempertahankan gengsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun