Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Intervensi Berlebihan dalam Masalah Orang Lain, Maksud Baik Bisa Jadi Racun

11 Juli 2024   06:20 Diperbarui: 12 Juli 2024   11:16 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wendy Mogel (2001), dalam The Blessing of a Skinned Knee, menyebutkan bahwa intervensi berlebihan dapat mengurangi kesempatan bagi seseorang untuk belajar dari kesalahannya sendiri dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang penting untuk pertumbuhan pribadi.

Menyebabkan ketidakpercayaan. Intervensi berlebihan juga dapat menyebabkan ketidakpercayaan. Ketika seseorang merasa bahwa setiap langkahnya diawasi dan dikritisi, ia mungkin mulai meragukan kemampuannya sendiri dan merasa tidak percaya diri. John Gottman (1999) menjelaskan bahwa intervensi yang berlebihan dapat merusak rasa saling percaya dan menghormati dalam hubungan, baik dalam konteks pernikahan, persahabatan, maupun hubungan kerja.

Menguras energi dan emosi. Intervensi berlebihan dapat menguras energi dan emosi, baik orang yang memberikan intervensi maupun yang menerima. Orang yang terus-menerus terlibat dalam urusan orang lain sering merasa lelah secara fisik dan emosional, karena ia harus menghadapi stres dan ketegangan yang tidak perlu. 

Menurut Elaine Aron (1996), dalam The Highly Sensitive Person, menyebutkan bahwa intervensi berlebihan dapat menyebabkan kelelahan emosional, terutama bagi mereka yang sensitif dan mudah terpengaruh oleh masalah orang lain.

Tips Menghindari Intervensi Berlebihan

Apakah bantuan kita dibutuhkan? Sebelum terlibat dalam masalah orang lain, penting untuk menanyakan apakah bantuan kita benar-benar dibutuhkan. Dengan demikian, kita memberi ruang bagi orang tersebut untuk menentukan apakah ia membutuhkan bantuan atau ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Bren Brown (2012), dalam Daring Greatly, menyarankan untuk selalu meminta izin sebelum memberikan nasihat atau campur tangan, karena ini menunjukkan rasa hormat terhadap otonomi orang lain dan menghindari intervensi yang tidak diinginkan.

Hormati batasan orang lain. Menghormati batasan orang lain adalah kunci dalam menghindari intervensi berlebihan. Ini berarti memahami dan menghargai ruang pribadi serta keputusan yang diambil oleh orang lain. 

Henry Cloud & John Townsend (1992) menekankan pentingnya mengenali dan menghormati batasan emosional dan fisik yang ditetapkan oleh orang lain untuk menjaga hubungan yang sehat dan saling menghormati.

Hindari memberikan nasihat yang tidak diminta. Memberikan nasihat yang tidak diminta sering kali dianggap sebagai intervensi yang mengganggu. Menurut Dale Carnegie (1936), nasihat yang tidak diminta dapat memicu reaksi negatif dan resistensi. Sebaliknya, lebih baik menunggu hingga nasihat Anda diminta atau menawarkan diri untuk membantu dengan cara yang tidak memaksa.

Fokus pada mendengarkan dan menawarkan dukungan emosional. Salah satu cara terbaik untuk menghindari intervensi berlebihan adalah dengan fokus pada mendengarkan dan menawarkan dukungan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun