Tawa terpingkal-pingkal saya disebabkan 2 hal.
Pertama, saya menjadi tahu kalau ternyata bukanlah satu-satunya oknum berusia jelang lansia di WAG tersebut. Rupanya selama ini saya salah sangka. Ke-GR-an sebagai satu-satunya yang berusia di atas 35 tahun.
Kedua, saya geli dengan respons heboh para anggota WAG kalangan 35 plus, saat lagi dan lagi ada tawaran job menggiurkan, tetapi terjegal jumlah usia untuk mendaftar. Tentu saya sekaligus meratapi diri sendiri lho, ya. 'Kan senasib?
GAGAL BELAJAR MENULIS
Seingat saya, dua atau tiga kali saya batal ikutan kelas menulis gara-gara usia. Batalnya sebab tidak bisa mendaftar. Biasalah. Terjegal persyaratan usia maksimal.
Kecewakah saya? Pastilah. Kalau saya ingin ikut, itu berarti ada poin yang membuat saya tertarik. Yang tidak biasa ada di kelas penulisan pada umumnya.
Tambah kecewa sebab sederet syarat lainnya bisa saya penuhi semua. Kian berlipat ganda kecewanya karena penyelenggara acara merupakan bagian dari negara.
Sampai-sampai dengan baper berat saya bergumam, "Begini amat diskriminasi negara terhadap manula?"
Konon tak ada kata terlambat untuk memulai langkah jadi penulis. Konon lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Konon lebih baik mencoba tapi gagal daripada tak pernah mencoba sama sekali. Konon lansia disuruh berdaya.
Eh, kok malah ada pembatasan usia untuk mendaftar kelas menulis? Bukankah dengan pintar menulis bisa makin berdaya?
Entah ada korelasinya atau tidak, semua kelas menulis yang saya inginkan itu tidak berbayar. Justru ada benefit bagi peserta terpilih walaupun bukan berupa uang.