Perkara marwah anak itulah yang memantik saya untuk berusaha tertib membayar biaya pendidikan anak. Kadangkala memang terasa berat, tetapi saya sudah memancangkan tekad kuat.
Sampai di sini Anda mungkin berkesimpulan bahwa jumlah rupiah yang mesti dibayarkan terlalu besar. Mungkin pula Anda berpikiran bahwa saya beruntung karena lebih berkelimpahan duit daripada para orang tua lainnya.
Sebagaimana telah saya sampaikan tadi, saya adalah bagian dari mereka sehingga paham situasi yang sesungguhnya. Tingkat perekonomian saya dan mereka setara, bahkan beberapa dari mereka justru lebih kaya. Protes dan keluhan muncul akibat biaya pendidikan anak tidak dialokasikan dengan baik. Bukan sebab ketiadaan dana.
Saya yakin bahwa selain mereka, di luaran sana banyak orang tua yang juga kurang tertib dengan keberesan biaya pendidikan anak. Belum berusaha maksimal, tetapi langsung mengedepankan protes.
Terusterang saja, saya sudah lama kerap mendengar keluhan tentang biaya "wisuda" anak sekolah. Namun, saya tak menyangka bahwa tahun ini tradisi wisuda bagi anak PAUD hingga SMA/SMK menjadi hot issue.
Kompasiana sampai menjadikannya Topik Pilihan. Kanal berita RRI Pro 3 pun membahasnya secara khusus dengan mengundang seorang narasumber.
Seserius itu ternyata perbincangan tentangnya! Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang sebatas jadi bahan pergunjingan dan keluhan antarteman antartetangga.
Di Kompasiana banyak kompasianer yang menuliskan topik terkait. Tentu berdasarkan sudut pandang dan pengalaman masing-masing.
Adapun yang di radio itu, karena dibuka interaksi dengan pendengar, pembahasan terasa hangat cenderung panas. Rupanya antusiasme pendengar terhadap topik tersebut juga besar.
Sekitar 99% pendengar yang menelepon, yang rupanya menjadi "korban" dari adanya tradisi wisuda, menyampaikan ketidaksetujuan mereka terhadap penyelenggaraan tradisi tersebut. Alasan ketidaksetujuannya pun 99% sama, yaitu terkait biaya yang dinilai memberatkan.
Sementara 1% sisanya setuju-setuju saja dengan syarat biaya tidak tinggi-tinggi amat dan istilah wisuda diganti. Dikembalikan saja seperti istilah zaman dulu, yaitu perpisahan atau pelepasan. Nah. Saya termasuk pendengar yang 1% ini.