Saya terhenyak. Baru menyadari kalau sejak tadi lawan bicara saya itu memang kesulitan bangkit dari duduk.
"KOK LAMA BANGET!?? KEBURU TELAT."
Ya, Tuhan. Tiba-tiba suara menggelegar itu terdengar sangat dekat.
"Sabar, Pak. Ini mau berdiri kesusahan, jadi harus pelan-pelan."
Saya hanya dapat menatap nanar punggung keduanya. Terutama tatapan saya tertuju pada sang istri yang berjalan lambat-lambat di belakang suaminya. Baru dua hari lalu dia melahirkan secara normal.
Saya membatin, "Manja amat. Kenapa tidak berusaha mencarinya sendiri, sih? Minimal sampai sang istri pulih total kondisi tubuhnya."
***
"Mbak. Ingat Mbak X yang tinggal di perumahan situ?" Tanya tetangga depan rumah ketika saya belanja di kiosnya.
"Iya, iya. Yang dulu mengundang kita untuk pengajian tujuh bulanan 'kan?"
"Benar."
"Eh? Mestinya sekarang sudah melahirkan, ya?" Saya bertanya kepo.