Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Aktif pula di blog pribadi www.tinbejogja.com

Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Cerita dan Harapan Terhadap NU

10 Februari 2023   11:46 Diperbarui: 10 Februari 2023   11:48 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Qodarullah, saya berhasil memenangkan Give Away tersebut. Setelah peci goni berlogo NU tiba di tangan, saya segera memotretnya dan menghubungi adik.  

Dokpri Agustina
Dokpri Agustina
Saya perlu memastikan dulu apakah dia mau menerimanya atau tidak. Siapa tahu dia tidak mau? Ternyata dia malah antusias menerimanya karena logo NU itu.

Katanya, "Mau, dong. Nanti bisa kupakai ke masjid. Ke acara diskusi-diskusi juga. 'Kan kalau menjadi NU temannya banyak. Dengan memakai ini, aku seperti berkirim pesan ke orang-orang. Ini lho, aku NU. Siap menjadi temanmu."

Seketika saya tertawa-tawa mendengar perkataannya. Mendadak NU dia. Macam politisi saja. Ops!

Namun, ada benarnya juga kalau dia mengatakan NU banyak temannya. Bukankah kita sama-sama bisa menyaksikan kiprah NU selama ini? Di tengah silang sengkarut kehidupan berbangsa dan bernegara?

Kiranya tidak salah jika dikatakan bahwa NU tidak semata-mata merupakan organisasi berbasis keagamaan. Lebih dari itu, NU telah menjadi paguyuban bagi masyarakat Indonesia yang majemuk. Yang tak terasa, semua telah terjalani selama seabad.

Tentu sebagai rakyat Indonesia, saya berharap sampai kapan pun NU tetap saudaraan secara hangat dengan semua kalangan. Entah yang beragama Islam atau tidak. Entah apa pun warna keislamannya. Terkhusus dengan Muhammadiyah.

Nahdliyin generasi baru hendaknya dipahamkan tentang sejarah berdirinya NU sehingga tidak terbawa arus untuk memelihara suuzon kepada Muhammadiyah. Mereka yang bukan Nahdliyin pun harus dipahamkan.

Bukan rahasia lagi bahwa sekarang kerap ada pendikotomian tajam di antara keduanya. Jadi saya harap NU mampu memusnahkan segala suuzon itu, baik dalam arti pasif maupun aktif. Maksudnya tidak bersuuzon sekaligus mampu menghapus suuzon yang ditujukan kepadanya.

Tentu salah satu yang paling krusial adalah mengenai pemahaman terhadap konsep Islam Nusantara. Sejauh pengamatan saya, kesalahpahaman khalayak atas definisi Islam Nusantara cukup mereduksi kesan baik terhadap NU.

Sekali lagi, sekarang bukan saatnya lagi untuk gontok-gontokan demi menunjukkan siapa yang terbaik. Bukankah semua sama baik? Sekarang dunia bergerak cepat. Daripada energi habis untuk berkelahi, lebih baik dimanfaatkan untuk bersinergi. Untuk sama-sama membangun negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun