Pasar Tiban Muktamaran tersebut tak hanya menyediakan kulineran. Kalau Anda hendak mencari baju-baju batik ada juga, lho. Kebetulan yang jualan tetangga sebelah, yang juga punya lapak di Pasar Beringharjo.
Eh? Semua yang jualan di situ tetangga semua sih itungannya. Hehehe .... Semua kan warga Kauman walaupun berbeda-beda RW.
Pengelola Kampung Wisata Kauman juga menawarkan agenda istimewa. Targetnya muktamirin yang singgah ke Yogyakarta, sebelum mengikuti Muktamar di Surakarta. Agenda yang saya maksud adalah Napak Tilas Perjuangan KHA Dahlan dalam Mendirikan Muhammadiyah.
Alhasil, menjelang hari H Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Surakarta, di kampung tempat saya tinggal suasananya hiruk pikuk. Jalanan kampung yang biasanya super lengang mendadak jadi ramai orang.
Rumah di kiri dan kanan tempat tinggal saya, yang terbiasa kosong, menjadi berpenghuni. Penghuninya berganti-ganti. Rombongan per rombongan. Ternyata mereka adalah para penginap dari luar kota. Tamu-tamu yang menjadi peserta napak tilas.
Wow! Seru pokoknya. Mengamati hilir mudik para tamu itu, saya kok ikut merasa senang. Walaupun bukan warga Muhammadiyah-Aisyiyah, saya merasa dekat dengan hiruk pikuk Muktamar ke-48 ini. Bolehlah dikatakan jauh di Solo, tetapi dekat di hati. Muehehe ....
Saya pikir cukup sekian saja cerita ringan seputar gebyar muktamar ini. Buat teman-teman Muhammadiyah-Aisyiyah, selamat bermuktamar dengan hati yang gembira.
Sebagai penutup saya ingin mengutip nasihat Kiai Haji Ahmad Dahlan yang satu ini, "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah."
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H