Kok bisa?
Bisa, dong. Saya 'kan tinggal di Kauman Ngupasan Yogyakarta, yaitu tempat lahirnya Muhammadiyah-Aisyiyah. Jadi, segala informasi tentang Muktamar ke-48 cukup saya peroleh dari grup WA RW.
Tak tanggung-tanggung. Informasinya langsung dari kalangan internal. Penghuni grup WA RW kami 'kan banyak yang menjadi tokoh/aktivis Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Lebih dari itu, beberapa di antaranya malah keturunan dari para pendiri Muhammadiyah. Salah satunya Ir. H. Munichy Bachron Edrees, M. Arch yang merupakan cicit Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Demikianlah adanya. Kauman Ngupasan Yogyakarta memang identik dengan Muhammadiyah. Tentu berendengan dengan Aisyiyah. Alhasil, belakangan ini banyak tetangga saya yang berada di lokasi Muktamar ke-48.
Urusannya beraneka macam. Dari menjadi panitia, tamu kehormatan, undangan biasa, penggembira, pemandu tamu dari luar daerah, hingga berniaga.
Berniaga? Iya. Di situ memang ada stan-stan yang berjualan rupa-rupa komoditi. Para peserta muktamar, terutama yang dari luar pulau dan luar kota, tentu akan berburu cinderamata untuk dibawa pulang ke daerah masing-masing.
Apakah berarti kampung kami menjadi sesepi hati yang terlukai? Ternyata tidak. Gebyar Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Surakarta rupanya terasa juga di Kauman.
Perlu diketahui, ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka ikut memeriahkan Muktamar ke-48. Antara lain jalan sehat yang yang start dan finish di Pelataran Masjid Gedhe Kraton, yang dilaksanakan pada tanggal 13 November lalu.
Selain itu, mulai Jumat sampai Ahad nanti (18-20 November 2022) ada Pasar Tiban Muktamaran yang menjual aneka makanan dan minuman khas Kauman. Yang beberapa di antaranya, biasanya hanya dapat dijumpai saat Ramadan.
Kiranya ini kabar gembira untuk orang-orang seperti saya, yang hobi berburu kuliner khas Ramadan di Pasar Tiban Ramadan Kauman. Tanpa perlu kelamaan menunggu datangnya Ramadan, kami bisa membeli kicak dan bubur saren.