Kita sama-sama mafhum kalau pada tanggal 18-20 November 2022 ada Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Surakarta. Adapun tema yang diusung pada tahun ini adalah Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta.
Tentu saja seluruh warga Muhammadiyah dan Aisyiyah di mana saja berada, menyambut gembira perhelatan ini. Muktamirin dari seluruh Indonesia berbondong-bondong ke Surakarta (Solo). Bisa jadi muktamirin dari luar negeri juga ada.
Iya. Suasana Kota Solo pasti sedang sangat semarak hari-hari ini. Terkhusus suasana di lokasi penyelenggaraan muktamar dan sekitarnya. Jangankan di sana.
Di kampung tempat saya berdomisili pun semarak. Atmosfer muktamarnya terasa kental. Spanduk dan lampion muktamar menghiasi jalanan kampung.
Saya yakin bahwa antusiasme warga Muhammadiyah-Aisyiyah, baik yang bisa hadir di Solo maupun tidak, tinggi sekali terhadap Muktamar ke-48 tersebut.
Alhamdulillah. Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan pasti menyaksikannya dengan tersenyum bahagia dari surga.
Istimewanya, saya yang bukan warga Muhammadiyah-Aisyiyah tak terlepas dari hiruk pikuk antusiasme itu. Sejak jauh-jauh hari saya selalu mendapatkan berita terkini seputar Muktamar ke-48.
Di sana bakalan ada apa saja? Side event apa saja yang akan diselenggarakan? Lokasinya di mana? Dan lain-lain.
Tanpa repot-repot membuka portal berita daring, saya bisa tahu informasi-informasi penting dan menarik terkait acara akbar tersebut. Bahkan, saya juga tahu rundown acaranya secara detil.
Kok bisa?
Bisa, dong. Saya 'kan tinggal di Kauman Ngupasan Yogyakarta, yaitu tempat lahirnya Muhammadiyah-Aisyiyah. Jadi, segala informasi tentang Muktamar ke-48 cukup saya peroleh dari grup WA RW.
Tak tanggung-tanggung. Informasinya langsung dari kalangan internal. Penghuni grup WA RW kami 'kan banyak yang menjadi tokoh/aktivis Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Lebih dari itu, beberapa di antaranya malah keturunan dari para pendiri Muhammadiyah. Salah satunya Ir. H. Munichy Bachron Edrees, M. Arch yang merupakan cicit Kiai Haji Ahmad Dahlan.
Demikianlah adanya. Kauman Ngupasan Yogyakarta memang identik dengan Muhammadiyah. Tentu berendengan dengan Aisyiyah. Alhasil, belakangan ini banyak tetangga saya yang berada di lokasi Muktamar ke-48.
Urusannya beraneka macam. Dari menjadi panitia, tamu kehormatan, undangan biasa, penggembira, pemandu tamu dari luar daerah, hingga berniaga.
Berniaga? Iya. Di situ memang ada stan-stan yang berjualan rupa-rupa komoditi. Para peserta muktamar, terutama yang dari luar pulau dan luar kota, tentu akan berburu cinderamata untuk dibawa pulang ke daerah masing-masing.
Apakah berarti kampung kami menjadi sesepi hati yang terlukai? Ternyata tidak. Gebyar Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Surakarta rupanya terasa juga di Kauman.
Perlu diketahui, ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka ikut memeriahkan Muktamar ke-48. Antara lain jalan sehat yang yang start dan finish di Pelataran Masjid Gedhe Kraton, yang dilaksanakan pada tanggal 13 November lalu.
Selain itu, mulai Jumat sampai Ahad nanti (18-20 November 2022) ada Pasar Tiban Muktamaran yang menjual aneka makanan dan minuman khas Kauman. Yang beberapa di antaranya, biasanya hanya dapat dijumpai saat Ramadan.
Kiranya ini kabar gembira untuk orang-orang seperti saya, yang hobi berburu kuliner khas Ramadan di Pasar Tiban Ramadan Kauman. Tanpa perlu kelamaan menunggu datangnya Ramadan, kami bisa membeli kicak dan bubur saren.
Pasar Tiban Muktamaran tersebut tak hanya menyediakan kulineran. Kalau Anda hendak mencari baju-baju batik ada juga, lho. Kebetulan yang jualan tetangga sebelah, yang juga punya lapak di Pasar Beringharjo.
Eh? Semua yang jualan di situ tetangga semua sih itungannya. Hehehe .... Semua kan warga Kauman walaupun berbeda-beda RW.
Pengelola Kampung Wisata Kauman juga menawarkan agenda istimewa. Targetnya muktamirin yang singgah ke Yogyakarta, sebelum mengikuti Muktamar di Surakarta. Agenda yang saya maksud adalah Napak Tilas Perjuangan KHA Dahlan dalam Mendirikan Muhammadiyah.
Alhasil, menjelang hari H Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah ke-48 di Surakarta, di kampung tempat saya tinggal suasananya hiruk pikuk. Jalanan kampung yang biasanya super lengang mendadak jadi ramai orang.
Rumah di kiri dan kanan tempat tinggal saya, yang terbiasa kosong, menjadi berpenghuni. Penghuninya berganti-ganti. Rombongan per rombongan. Ternyata mereka adalah para penginap dari luar kota. Tamu-tamu yang menjadi peserta napak tilas.
Wow! Seru pokoknya. Mengamati hilir mudik para tamu itu, saya kok ikut merasa senang. Walaupun bukan warga Muhammadiyah-Aisyiyah, saya merasa dekat dengan hiruk pikuk Muktamar ke-48 ini. Bolehlah dikatakan jauh di Solo, tetapi dekat di hati. Muehehe ....
Saya pikir cukup sekian saja cerita ringan seputar gebyar muktamar ini. Buat teman-teman Muhammadiyah-Aisyiyah, selamat bermuktamar dengan hati yang gembira.
Sebagai penutup saya ingin mengutip nasihat Kiai Haji Ahmad Dahlan yang satu ini, "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah."
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H