Yang saya sampaikan di atas merupakan pengalaman naik kereta api jarak jauh kelas bisnis dan kelas ekonomi. Ada yang dari Jakarta ke Yogyakarta, Yogyakarta ke Jakarta, dan Klaten ke Jakarta.
Namun, sebenarnya yang paling sering saya naiki adalah kereta api jarak pendek jurusan Jogja-Solo. Ya, tak salah lagi. Itulah Prameks (Prambanan Ekspres). Yang sekarang eksistensinya telah terhenti.
Sama halnya dengan kereta api jarak jauh, kondisi Prameks dahulu juga kurang tertib. Saya kerap berdiri sejak dari Yogyakarta hingga Solo maupun sebaliknya. Duduk lesehan di lantai juga sering.
Berhubung jarak kedua kota tak jauh, cukup satu jam perjalanan, berdiri atau lesehan di lantai kereta api tidaklah menjadi soal. Namun, syukurlah. Pada akhirnya ada pembenahan sistem kereta api. Termasuk Prameks.
Akan tetapi, belum lama saya menikmati Prameks wajah baru malah kemudian ada KRL penggantinya. Oalah nasib. Apa boleh buat?
Prameks pun secara resmi menjadi kenangan masa lalu ketika Presiden Jokowi meresmikan KRL (Kereta Rel Listrik) Jogja-Solo pada Senin, tanggal 1 Maret 2021 lalu.
Sungguh saya tak menyangka. Perjalanan malam dengan Prameks dari Stasiun Purwosari Solo ke Stasiun Tugu Yogyakarta, pada malam Imlek 2020, ternyata menjadi ajang perpisahan saya dengan Prameks.
Ngomong-ngomong, karena belum pernah mencoba naik KRL Jogja-Solo, saya belum tahu karakteristik penumpangnya. Apakah sama dengan para penumpang KRL Jakarta yang dahulu pernah saya jumpai? Yang serba terburu-buru dan sat set?
Atau sami mawon alias sama saja dengan saat mereka menjadi penumpang Prameks? Harapan saya sih, yang terakhir itu.
O, ya. Ada satu lagi kereta api jarak dekat yang saya rasakan nyaman sekali. Jurusan Yogyakarta-Solo. Sama halnya dengan Prameks. Namun, harga tiketnya jauh lebih mahal. Beberapa kali lipat daripada harga tiket Prameks.