Jika Program Kompor Listrik sekarang diuji cobakan, lalu betul-betul menjadi program nasional yang berlaku di seluruh pelosok negeri, PLN harus konsekuen. Tak boleh hobi byar pet lagi.
'Kan gawat kalau memasak disuruh pakai kompor listrik, eee malah listriknya padam seharian. Bagi rumah tangga biasa tak jadi soal. Namun, bagaimana halnya dengan si empunya warung? Si penjual gorengan? Si pembuat kue? Dan lain-lainnya itu?
Padam seharian satu hari saja bakalan kacau balau. Terlebih kalau tiap hari byar pet-byar pet tak karuan. Pasti bikin emosi masyarakat.
Duhai, PLN? Siap tidak byar pet lagi di wilayah Indonesia yang mana pun? Siap tidak siap harus siap banget lho, ya.
Akan tetapi, demi ketenangan batin (sekaligus berjaga-jaga kalau-kalau PLN lalai untuk konsekuen), saya memohon pemerintah tidak serta-merta meraibkan kompor gas tabung melon 3 kg itu.
Untuk apa? Untuk tandeman kalau ada pemadaman listrik, dong. Terutama tandeman itu dibutuhkan oleh para pemilik usaha kuliner.
Bukannya tidak percaya kepada pemerintah a.k.a. PLN. Ini justru sebuah upaya untuk mengingatkan.
Tidak Makin Boros? Beli Kompornya Tidak Mahal?
"Tidak malah makin boros? Tagihan listrikmu naik berapa persen setelah memakai kompor listrik?"
Dua pertanyaan itulah yang paling banyak saya terima dari orang-orang, setelah mereka tahu bahwa saya pengguna rutin kompor listrik.
Bagaimana, ya? Kalau soal makin boros, rasanya tidak. Meskipun tidak mencatat secara detil dan akurat, saya berani memastikan bahwa penggunaan kompor listrik tidak bikin pengeluaran membengkak.