Pesan moralnya begini, nih. Kalau memberikan paket bantuan kompor listrik, Â pemerintah hendaknya memperhatikan juga keamanan rumah si penerima dari terpaan air hujan maupun banjir luapan sungai.
Kalau lokasi dan keadaan calon penerima paket bantuan kompor listrik tidak kondusif, sebaiknya ya jangan dipaksakan. Yang bertugas mendistribusikan semoga bijaksana. Tidak asal membagi-bagikan, kemudian laporan ke atasan.
Apa guna pemberian bantuan, jika ternyata malah jadi beban?
Informasikan "Do" dan "Don't"-nya Secara Jelas
Berkaca pada pengalaman pribadi, saya berkesimpulan bahwa sosialisasi terkait keamanan cara memasak dengan kompor listrik wajib dipergencar, jika hendak melanjutkan (tak terhenti pada uji coba belaka) Program Kompor Listrik. Â
Memang sih, tak semua orang seceroboh saya. Akan tetapi, tak tertutup kemungkinan pula kalau lebih banyak yang lebih ceroboh ketimbang saya. Iya 'kan? Ini kenyataan, lho. Bukan pembelaan atas diri sendiri.
Menurut saya, faktor pemahaman dan pembiasaan adalah harga mati. Jangan sampai pemerintah lalai menginformasikan perihal "do" dan "don't" dalam penggunaan kompor listrik.
Jika hendak melakukan konversi dari kompor gas ke kompor listrik, jangan pula main ganti dan selesai urusan. Tidak bisa begitu.
Persiapkan semua secara matang. Maksimalkan sosialisasi kepada masyarakat. Optimalkan upaya untuk membiasakan mereka dengan karakteristik kompor listrik.
Intinya, tak perlulah sampai terjadi hal buruk sebagai biaya adaptasi penggunaan kompor listrik. Yang namanya teknologi itu 'kan mestinya untuk memudahkan kehidupan manusia. Bukan untuk mencelakai.
PLN Harus Konsekuen