Sengit, gesit penuh strategi dan taktik. Sederhananya disebut sebagai "muslihat manusia".
Akan ku abadikan momen ini, tunggu dulu.! Apa kau sanggup menerima kenyataan? Bila tidak, maka berpaling lah... tak usah kau teruskan bacaan ini.
Diujung kertas putih depan mata, aku hentikan sejenak tarian indah pena hitam yang tergenggam. Tiba-tiba buyar pikiranku.
Aku melihat seorang bayi di atas kereta dorong dan di temani seorang ibunya. Nampak keduanya berkasih sayang. Tak sadar langkah pertama aku jejaki dan sampailah pada peraduan.
Membelalak.!!!
Mataku meronta, bintik-bintik merah mengelilingi sudut pandang putih disekitaran pupil ku.
Dia menyapa: "hay kawan"
Bayi itu bisa bicara !!!
"Masih ingatkah engkau tentang kisahku dan pembunuhan jutaan calon manusia itu.? Peristiwa bengis.!!! Layak aku di tuntuk tidak manusiawi. tapi kawan, kau harus tau saat itu aku belum menjadi manusia. Belum sempat aku dihukumi dosa, apalagi beban kemanusiaan.
Terbesit dalam hatiku:
"Sialan, pembunuh yang berusaha membela diri. Seandainya engkau tak punya kasih dan sayang, sedari dulu sudah ku cabut leher angkuhmu itu"