Mohon tunggu...
Agussalim Paradeden
Agussalim Paradeden Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Agussalim Paradeden dilahirkan di Bajo, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 1 september 1996. Menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Bajo (2008), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Soromandi (2011) dan SMAN 3 Kota Bima (tamat tahun 2014). Melanjudkan studi di Strata 1 Universitas Muhammadiyah Makassar Konsentrasi Pendidikan Seni Rupa. Penulis sekarang aktif di beberapa organisasi, di antaranya Anggota Himpunan Mahasiswa Islam(HMI), Anggota BEM FKIP Unismuh Makassar, Anggota HIMASERA UMM, KOPA (Bima-Dompu-Makassar).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekhawatiran Masa Depan

3 Maret 2019   22:43 Diperbarui: 16 Maret 2019   20:00 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Agussalim Pardeden Hanafi

Tiba-tiba bayi itu tersenyum, nampaknya dia sedang bahagia karna telah melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri.

Aku alihkan pandangan, ku pasang dengan baik kedua bola mata ini, kiri dan kanan. Telah lewat pemulung dan gerobak sampahnya, guru dengan batiknya, bapak berbaju loreng dengan sangkurnya, bahkan pejabat pun ikut eksis di depan mataku. Tak habis pikir, ini terlewatkan dalam waktu yang sangat cepat dan singkat.

Aku kembalikan dengan cepat pandangan mata kepada bayi itu seraya meminta izin pada pemiliknya untuk ku rayu dengan penuh kecurigaan.

"Hey kawan", tanyaku. "apa hendak kau tentukan akan jadi apa dirimu kelak?"

Jawabnya " yahhhh, itu sudah ku ceritakan panjang lebar sebelum aku lahir"

Aku manyanggah " jadi, kau sudah yakin dengan semua itu?"

Jawabnya: "yahh, bahkan pada saat itu mata ini tak mampu berkedip, apalagi melewatkan perjajian dengannya".

Aku tambah curiga, apakah ini yang dimaksud perjanjian primodial.?Sungguh beruntung seorang bayi, Nampak tak ada bekas catatan kebohongan padanya. Sangat polos.!!!

Tiba-tiba bayi itu membantah: "tapi tidak untuk hari-hari berikutnya kawan!"

Bisa kau terangkan maksudmu bayi kecil.?

Yahhh... "kecurigaanmu tentang keprihatinan itu adalah sumbernya. Aku adalah bagian dari kedua kekhawatiran itu". Nampak lesu raut muka bayi itu. Lanjutnya " karna birahiku akan semakin nampak kawan. Kekuasaan ini akan menjelma pada diriku. Menerkam siapapun yang berusaha menghalangi bahkan jika kau nanti ada pada bagian itu, kau akan menjadi korban kekhawatiran"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun