Mohon tunggu...
Agus Netral
Agus Netral Mohon Tunggu... Administrasi - Kemajuan berasal dari ide dan gagasan

Peneliti pada YP2SD - NTB. Menulis isu kependudukan, kemiskinan, pengangguran, pariwisata dan budaya. Menyelesaikan studi di Fak. Ekonomi, Study Pembangunan Uni. Mataram HP; 081 918 401 900 https://www.kompasiana.com/agusnetral6407

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kemajuan Program Angkasa Luar China dan Indonesia

16 Juni 2021   21:11 Diperbarui: 16 Juni 2021   21:25 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zhurong, robot penjelajah yang mendarat di Mars - tribunnewswiki.com

Belakangan ini, dalam perkembangan penjelajahan ruang angkasa, China sudah berhasil meraih sebuah prestasi gemilang, yaitu dengan bisa mendaratkan robot penjelajah (rover) di permukaan planet Mars. Prestasinya itu menjadikannya sebagai negara kedua yang berhasil menggapai planet merah itu, setelah Amerika Serikat.

China berhasil mendaratkan  pesawat penjelajah bertenaga surya, di permukaan Mars pada hari Sabtu pagi 15 Mei 2021, waktu Beijing, di sebuah kawasan luas di belahan utara planet itu, yang dinamakan Utopia Planitia. Pesawat penjelajah itu dinamakan Zhurong yang berarti dewa api dalam mitologi China.

Zhurong, robot penjelajah yang mendarat di Mars - tribunnewswiki.com
Zhurong, robot penjelajah yang mendarat di Mars - tribunnewswiki.com

Robot antariksa Zhurong yang beroda enam, dan bertenaga surya itu memiliki berat sekira 240 kilogram, dan direncanakan akan berada di permukaan Mars selama kurang lebih 90 hari.

Ada sejumlah tugas yang sudah dirancang yang akan dilakukan oleh si Zhurong di planet Mars, diantaranya akan mempelajari permukaan tanah dan atmosfer planet, termasuk akan mencari tanda-tanda kehidupan kuno, dengan mencari air dan es di bawah permukaan, dengan menggunakan radar penembus tanah. Karena itu Zhurong dilengkapi dengan banyak sekali sensor, seperti kamera topografi resolusi tinggi, radar daya tembus tiggi, detektor medan magnet, dan stasiun cuaca.

Pendaratan Zhurong di permukaan Mars, dikerjakan oleh pesawat ruang angkasa  Tianwen-1 yang artinya ‘pertanyaan ke surga’. Pesawat Tianwen ini melakukan misi pengorbit, pendarat, dan penjelajah, yang diluncurkan dari tempat peluncuran pesawat luar angkasa Wenchang di pantai provinsi pulau Hainan, China selatan pada 23 Juli 2020. Pesawat luar angkasa yang membawa wahana seberat lima ton itu diluncurkan oleh roket Long March 5 Y-4.

“Tugas utama Tianwen-1 adalah melakukan survei global dan ekstensif terhadap seluruh planet menggunakan pengorbit, dan mengirim penjelajah ke lokasi permukaan untuk kepentingan ilmiah guna melakukan penyelidikan mendetail dengan akurasi dan resolusi tinggi,” kata Wu Yansheng pimpinan misi itu, seperti dikutip space.com.

Setelah menempuh perjalanan sejauh 292 juta mil atau setara dengan 470 juta km (oh my god, hampir setengah milyar km), dengan kecepatan 11,7 km per detik, dan dengan waktu tempuh sekitar 7 bulan, akhirnya Tianwen-1 masuk ke orbit Mars yaitu pada 5 Februari 2021. Berikutnya dibutuhkan sekitar 3 bulan bagi Tianwen-1, untuk melakukan persiapan dan pemantauan dari orbit Mars, sebelum bisa melaksanakan langkah berikutnya yaitu mendaratkan Zhurong di permukaan Mars. Dan akhirnya dengan proses yang sangat sulit, dengan bantuan parasut seluas 200 meter persegi Zhurong bisa diantar ke Mars pada 15 Mei 2021.

"Pendaratan itu meninggalkan jejak China di Mars untuk pertama kalinya. Ini adalah kemajuan penting lainnya dalam pengembangan industri luar angkasa China. Berkat keberanian Anda dalam menghadapi tantangan dan mengejar keunggulan, China sekarang berada di antara negara-negara terkemuka dalam eksplorasi planet,” kata presiden Xi Jinping seperti dikutip Xinhua.

Bersamaan dengan penjelajahan ke planet Mars itu, pesawat tanpa awak China juga sudah menoreh prestasi di Bulan. Pesawat ruang angkasa dengan misi ke bulan untuk yang kelima kalinya itu berhasil menancapkan bendera China dan mengambil sampel bebatuan sebanyak 2 kg. Misi itu dinamakan dengan Chang’e-5 menurut mitologi China yang berarti Dewi Bulan. Sama dengan misi ke Mars, Chang’e-5 didorong oleh roket Long March-5 dari Situs Peluncuran Pesawat Luar Angkasa Wenchang, yang berangkat pada tanggal 23 Nopember 2020. Pesawat ruang angkasa itu terdiri dari pengorbit, pendarat, ascender dan pengembali, dengan total massa lepas landas 8,2 ton.

China's Chang'e-5 successfully lands on moon – CGTN
China's Chang'e-5 successfully lands on moon – CGTN

Mendarat di bulan tanggal 1 Desember 2020, Chang’e-5 berhasil mengambil sampel dari permukaan Bulan dengan mengebor sedalam 2 meter. Selain mengambil sampel bebatuan, Chang'e-5 juga dilengkapi dengan peralatan untuk memotret area Bulan secara luas. Adapun sampel material terakhir dari bulan sudah lama sekali diambil oleh misi Luna-24 Uni Soviet yaitu pada Agustus 1976, sudah lebih dari 4 dekade.

Dengan membawa 2 kg sampel bebatuan bulan, Chang’e-5 berhasil balik ke bumi tanggal 16 Desember 2020.

Menurut Pei Zhaoyu, dari Badan Antariksa China (CMSA), Chang’e-5 akan membantu mempromosikan pengembangan sains dan teknologi China dan meletakkan fondasi penting bagi pendaratan bulan berawak China pada tahun 2030-an.

Sebelumnya, misi pada fase pertama Chang'e 1 dan 2 berhasil memasuki orbit bulan. Kemudian pada fase kedua Chang'e 3 dan 4 bisa melakukan pendaratan dan penjelajahan di bulan.

Setelah berhasil menjelajah Mars dan Bulan, China sekarang ini juga tengah memantapkan dan memperbesar stasiun ruang angkasa miliknya yaitu Tiangong-1 yang sudah mengorbit tahun 2011 dan Tiangong-2 tahun 2016. Stasiun yang diperbesar kapasitasnya ini diberikan juga nama Tiangong (tanpa nomor) yang artinya ‘istana syurgawi’.

Stasiun luar angkasa ini dibangun bertahap selama 2 tahun, dari 2021 hingga 2022, dengan sekitar 10 kali peluncuran untuk melengkapi peralatannya. Seperti diberitakan detik.com, modul inti Tianhe (Harmony of the Heavens) telah diluncurkan menggunakan roket Long-March 5B dari Wenchang, pada Kamis 29 April 2021. Modul ini berisi perlengkapan penyokong kehidupan dan ruang tempat tinggal untuk para astronaut nantinya. Setasiun ruang angkasa ini disediakan untuk 3 sampai 6 orang astronot.

Peluncuran Tianhe itu akan diikuti oleh serangkaian peluncuran kargo dan awak untuk menyelesaikan target pembangunan stasiun luar angkasa pada akhir 2022.

Ketika selesai dibangun, stasiun luar angkasa China itu akan membentuk huruf T dengan Tianhe berada di tengah dan dua modul lainnya, yaitu Wentian dan Mengtian berada di setiap sisinya.

Stasiun luar angkasa China akan beroperasi di orbit Bumi yang rendah pada ketinggian dari 340 km hingga 450 km. Stasiun dirancang untuk digunakan selama 10 tahun, sampai dengan 15 tahun.

Masih satu paket dengan stasiun angkasa luar, China juga tengah memperbesar dan memperkuat teleskop miliknya Xuntian (Survei Langit). Teleskop Stasiun Luar Angkasa China (CSST), direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2024 dan akan beroperasi sebagai observatorium optik luar angkasa bagi para ilmuwan di China. Memiliki lensa berdiameter 2 meter membuatnya mirip dengan Teleskop Hubble namun Xuntian menawarkan bidang pandang 300 kali lebih besar daripada Hubble.

Dikutip dari suara.com, bidang pandang yang luas dari Xuntian memungkinkan teleskop untuk mengamati hingga 40 persen langit selama sepuluh tahun menggunakan kamera besar 2,5 miliar piksel.

Secara khusus, teleskop akan mengorbit Bumi bersama dengan stasiun luar angkasa China dan akan dapat berlabuh secara berkala dengan awak kapal di masa depan.

Begitulah China mengejar ketertinggalannya dalam bidang antariksa, yang bisa mengejar prestasi Amerika Serikat dan Rusia hanya dalam waktu 4 dekade.

Kemajuan program antariksa Indonesia

Indonesia sebagai sebuah negara sedang berkembang sudah diprediksi oleh berbagai Lembaga Kajian akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia di masa mendatang.

Salah satunya adalah perusahaan konsultan PwC (Price waterhouse Coopers) yang berkantor pusat di London. Dalam Laporannya berjudul; "The Long View: How will the global economic order change by 2050?", yang dibuat pada Februari 2017, PwC memproyeksikan dinamika PDB secara global termasuk Indonesia dari tahun 2016 sampai 2050. Dalam analisis itu, Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi 5 besar dunia.

Pada tahun 2016 Indonesia ditempatkan pada posisi 8 dalam hal PDB secara global dibawah China, Amerika Serikat, India, Japan, Germany, Russia, dan Brazil.

Kemudian pada tahun 2030, Indonesia diprediksi melesat naik ke posisi 5 dibawah China, Amerika Serikat, India, dan Japan. Dan pada tahun 2050 Indonesia bahkan diproyeksi naik lagi menjadi 4 besar ekonomi global setelah China, India, dan Amerika Serikat.

Dengan pencapaian itu seandainya betul terjadi, maka tentu saja harus nyambung dengan kemampuan Indonesia dalam bidang penjelajahan ruang angkasa. Sehingga Indonesia pada ulang tahunnya yang ke-100, yaitu pada tahun 2045 nanti, seharusnya paling tidak sudah bisa menjelajah bulan, sebagaimana China, India, dan Amerika Serikat.

Akan tetapi menurut Kepala LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc, dalam wawancaranya di kanal youtube dengan detik.com, mengemukakan bahwa sebelum Indonesia berultah yang ke-100, tahun 2045, Lapan hanya mampu menargetkan bisa membuat roket, bisa membuat satelit dan meluncurkan satelit sendiri dari bumi Indonesia. Dan itu sebagaimana sudah ditetapkan pada dokumen Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan tahun 2016-2040, yang merupakan Perpres 45 tahun 2017.

Dan dalam Perpres itu, memang tidak ada kalimat “bisa menjelajah bulan”, sehingga Indonesia sebelum ultah RI ke-100 nantinya, hanya ingin seperti yang dicapai oleh India sekarang ini. Dengan demikian tambahan waktu yang 25 tahun kedepan ini hanya agar bisa seperti India. Sepertinya tidak cocok dengan prestasinya sebagai 5 kekuatan ekonomi terbesar dunia, seandainya prediksi itu benar terjadi.

Seharusnya Indonesia berani bercita-cita yaitu pada tahun 2045 bisa meluncurkan wahana ke bulan, karena China waktu itu akan mencapai banyak sekali prestasi antariksa, diantaranya bisa mengirim manusia pulang pergi ke bulan (mungkin juga bisa membangun tempat tinggal di bulan), bisa membuat matahari buatan, dan sudah bisa menyentuh planet Yupiter. Perkara Indonesia belum mencapai cita-cita itu nantinya, bisa dilakukan evaluasi kelemahannya, yang penting ada keberanian bercita-cita dulu.

Penjelajahan ke bulan, sebenarnya juga pernah dikemukakan oleh pimpinan Lapan tahun 2012 yaitu Bambang S. Tedja. Sebagaimana berita yang diarsip oleh viva.co.id, Selasa 27 November 2012, waktu itu Teja mengemukakan  "Tahun 2025, kita sudah akan bisa meluncurkan satelit sendiri. Setelah itu kita menuju program ke Bulan."

Untuk visinya, Lapan menetapkan visi yaitu; “Indonesia yang mandiri, maju dan berkelanjutan”. Kemudian untuk mencapai visi itu Lapan melakukannya melalui penyelenggaraan 5 kegiatan: sains antariksa; penginderaan jauh; penguasaan teknologi keantariksaan; peluncuran; dan kegiatan komersial keantariksaan.

Sampai dengan tahun 2020 Lapan ternyata sudah berusia 57 tahun sejak didirikan 27 November 1963 oleh presiden Soekarno. Dengan dasar hukumnya; Undang-undang No. 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan dan Perpres_No. 49 Tahun 2015.

Sampai dengan sekarang ini, prestasi yang sudah diraih oleh LAPAN sebagaimana yang dipublikasikan di situs Wikipedia adalah;

  1. Teknologi roket

Teknologi roket dari LAPAN diarahkan kepada penggunaan roket untuk mendukung peluncuran wahana antariksa. Hal tersebut adalah cita-cita jangka panjang yang diamanatkan pada UU No. 21 tahun 2013 tentang Keantariksaan. Dalam mencapai sasaran tersebut, LAPAN saat ini mengembangkan teknologi roket sonda/ roket dengan muatan penelitian (Seri RX -Roket eXperimental).

Semua Roket RX diujicobakan di Pangkalan Ujicoba Roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Targetnya sebelum tahun 2024 bisa mencapai ketinggian orbit rendah atau Low Earth Orbit sekitar 200-300km. Berikut roket yang sudah diujicoba;

  • RX-100

Spesifikasi RX-100 meliputi diameter roket sebesar 110 mm, bobot 30 kg, panjang roket 1900mm, dan memiliki propelan tipe padat. RX-100 diperkirakan dapan mencapai kecepatan maksimum 1.7 mach, menempuh jarak 11 Km, dan mencapai tinggi 7 Km. RX-100 telah berhasil diujicobakan oleh TNI Angkatan Darat dengan PT Pindad pada 31 Maret 2009, dengan menggunakan panser Pindad dan menempuh jarak 24 Km.

  • RX-250

RX-250 sudah diujicobakan berkala sejak tahun 1987 hingga 2005.

  • RX-320

RX-320 memiliki diameter roket sebesar 320 mm. RX-320 telah berhasil diujicobakan pada 30 Mei dan 2 Juli 2008.

  • RX-420

RX-420 memiliki spesifikasi antara lain diameter roket sebesar 420 mm, beban saat terbang 1000 Kg, panjang roket 6200 mm, dan memiliki propelan tipe padat. RX-420 membutuhkan waktu 13 detik untuk pengapian roket dan diprediksikan dapat terbang selama 205 detik. Roket ini juga diprediksikan mampu mencapai kecepatan maksimum 4.5 mach, dapat menempuh jarak 101 Km, dan mencapai tinggi 53 Km. RX-420 berhasil diujicobakan pada 2 Juli 2009, dengan menggunakan bahan baku dalam negeri.

Roket Anak Negeri RX-550, LAPAN - News Liputan6.com – antaraphoto
Roket Anak Negeri RX-550, LAPAN - News Liputan6.com – antaraphoto
  • RX-550

RX-550 memiliki spesifikasi yakni diameter roket sebesar 550 mm, berbobot 3 ton, dan memiliki panjang 6000 mm. RX-550 diprediksikan dapat terbang hingga ketinggian 100 Km dan jangkauan 300 Km. RX-550 telah melalui uji statis pada tahun 2012 dan direncanakan akan diujicobakan pada pertengahan 2013.


2. Satelit 

Proyek pengembangan satelit yang dilaksanakan oleh LAPAN dimulai sejak tahun 2000. Satelit yang dibuat oleh LAPAN digunakan untuk pengambilan citra bumi, mitigasi bencana, komunikasi radio, dan pengaturan lalu lintas laut.

  • Indonesian Nano Satelite (INASAT-1)

INASAT-1 merupakan satelit berbentuk Nano Hexagonal, yang dibuat dan didesain sendiri oleh Indonesia untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN. Proyek ini dimulai pada tahun 2000 bekerjasama dengan Dirgantara Indonesia (PTDI). INASAT-1 sukses diluncurkan pada tahun 2006.

  • LAPAN - Technische Universität Berlin Satellite (LAPAN-TUBSAT / LAPAN A-1)

Proyek LAPAN-TUBSAT dilaksanakan LAPAN atas kerjasama dengan Universitas Teknik Berlin (TUB) untuk mempelajari basis pembuatan satelit dari Berlin. Pembuatan satelit ini juga dilakukan sepenuhnya di Jerman,[9] karena LAPAN belum memiliki peralatan yang memadai dan masih mempelajari cara pembuatan satelit. Dengan dimensi 45x45x27 cm3, misi satelit ini adalah pengamatan citra bumi dari ketinggian (Video Surveillance).[8] LAPAN-TUBSAT sukses diluncurkan pada tanggal 10 Januari 2007 menumpang roket India PSLV C7 dan ditempatkan pada orbit ketinggian 630 km.

  • LAPAN - Organisasi Amatir Radio Indonesia (LAPAN-ORARI / LAPAN A-2)

Proyek LAPAN A-2 dilaksanakan sepenuhnya di Pusat Teknologi Satelit, Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Dengan dimensi 50x47x38 cm3 dan bobot 70 Kg, LAPAN A-2 diharapkan dapat berputar terhadap bumi setiap 20 menit dengan pola orbit geostationer di atas khatulistiwa dan memiliki radius deteksi lebih dari 100 Km. Pada 5 November 2008, LAPAN sepakat untuk bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) dalam pemanfaatan satelit LAPAN A-2. Satelit ini akan dilengkapi dengan transponder UHF/VHF berfrekuensi 145.880 MHz dan 435.880 MHz serta digipeater APRS berfrekuensi 145.825 MHz. Satelit ini sukses diluncurkan pada tanggal 28 September 2015 menggunakan roket India PSLV C30 dan dilepaskan di orbit ketinggian 650 km.

  • LAPAN - Institut Pertanian Bogor (LAPAN-IPB / LAPAN A-3)

Satelit LAPAN A-3 memiliki dimensi 50x50x70 cm3 dengan berat 120 Kg, akan dilengkapi dengan pemotret luar angkasa digital, Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) untuk lalu lintas perairan, peralatan radio amatir dan repeater, serta pemotret citra permukaan bumi (multispectral imager) dengan resolusi tinggi dan pengiriman data berkecepatan 105 Mbps. LAPAN turut bekerjasama dengan IPB dalam pemanfaatan multispectral imager untuk kepentingan program pangan nasional. Satelit ini sukses diluncurkan pada tanggal 22 Juni 2016 menggunakan roket India PSLV C34.

3. Pesawat Transportasi

  • Pesawat N-219

Pada 2015 pesawat hasil kerja sama LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI), N219, telah diperkenalkan ke publik. Pesawat ini murni dikembangkan oleh putra-putri Indonesia. Pesawat ini juga ditetapkan sebagai Karya Unggulan Anak Bangsa oleh Menristekdikti.

Pesawat N219 Buatan Anak Bangsa – jabar.inews.id
Pesawat N219 Buatan Anak Bangsa – jabar.inews.id
  • LAPAN Surveillance UAV (LSU)

LSU merupakan pesawat tanpa awak yang berkemampuan mengangkut beban 10 Kg, dilaksanakan sebagai tahap awal realisasi pesawat tanpa awak untuk keperluan Airborne Remote Sensing. LSU digunakan untuk keperluan mitigasi bencana, monitoring wilayah rawan bencana, serta pengambilan data satelit. Tipe LSU yang saat ini beroperasi adalah tipe LSU-02 dan LSU-03.

  • LAPAN Surveillance Aircraft (LSA)

LSA merupakan hasil kerjasama antara LAPAN dengan PTDI dengan bantuan teknis dari Universitas Teknik Berlin (TUB) pada tahun 2012. LSA merupakan sebuah armada pesawat pengamat yang dapat diisi oleh 2 orang. Tipe awal, LSA-01, sedang dirancang dan diujicobakan di Jerman. LSA-01 merupakan pesawat yang dapat mendarat di darat maupun di perairan.


4. Penginderaan Jauh 

  • LAPAN melakukan kegiatan penginderaan jauh dengan menggunakan sinyal yang dipancarkan dari satelit-satelit yang beredar (Satelit LAPAN-TUBSAT, Landsat, NOAA, MODIS, SPOT, dan Fengyun) kemudian ditangkap oleh stasiun-stasiun bumi penerima data Penginderaan Jauh.
  • Kegiatan Penginderaan Jauh dilakukan untuk berbagai hal, seperti mitigasi bencana, perhitungan tingkat polusi udara, pemantauan wilayah hutan, pemantauan lahan pertanian dan pangan, informasi zona tangkapan ikan di laut, serta pemantauan titik api secara near real time. Data yang telah diterima oleh LAPAN dikumpulkan ke dalam sebuah Bank Data Penginderaan Jauh Nasional yang dapat diakses secara luas melalui internet.

Untuk mendukung kegiatan peluncuran satelit, LAPAN juga memiliki fasilitas Uji Terbang Roket di Kampung Cilaut Eureun, Kecamatan Cikelet, di kawasan Pantai Pameungpeuk, Kabupaten Garut Jawa Barat. Lokasi ini memiliki luas 184 hektar dan berada di dekat perkampungan. Dengan kondisi ini, uji coba peluncuran roket ternyata bisa mengganggu aktivitas warga.

Karena itulah LAPAN memilih Biak Numfor di Papua untuk lokasi pembangunan bandar antariksa yaitu untuk peluncuran satelit sekala kecil maupun tingkat nasional dan internasional.

Menurut pihak LAPAN, Biak dipilih sebagai lokasi pembangunan bandar antariksa karena pertama, lokasinya sangat dekat dengan ekuator yakni 1 derajat Lintang Selatan; kedua, karena bagian timur wilayah timur dari Biak langsung menghadap ke Samudera Pasifik sehingga sangat ideal untuk peluncuran roket. Dengan lokasi langsung menghadap samudera itu, maka titik jatuh roket tingkat satu dan dua berada di wilayah yang aman yakni di lautan.

Dan satu lagi fasilitas antariksa yang sedang dibangun oleh LAPAN untuk menguak misteri angkasa raya yaitu Observatorium Nasional Kupang, NTT. Itu karena Observatorium Bosscha Bandung, Jawa Barat, yang digunakan selama ini, sudah tidak memadai lagi, sejalan dengan usianya yang sudah lebih dari 90 tahun.

Observatorium Nasional Kupang menggunakan teleskop besar, yakni teleskop dengan cermin majemuk berukuran 3,8 meter. Teleskop itu sebagaimana dilansir dari cnnindonesia.com, merupakan kembaran dari Teleskop Seimei milik Universitas Kyoto, di Jepang.

Komplek observatorium dibangun seluas 40 hektare di Kawasan Hutan Lindung Gunung Timau pada ketinggian 1.300 meter dpl. Lokasinya jauh dari pemukiman penduduk yang biasanya menyebabkan polusi cahaya dan polusi udara sebagai gangguan pengamatan astronomi.

Dengan keberadaan Observatorium Nasional Kupang, menurut LAPAN peneliti di Indonesia dapat melakukan lebih banyak hal, mulai pencarian planet hingga menguak misteri materi dan energi gelap.@

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun