Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Filosofi Sisu dengan Pendidikan di Finlandia

26 Oktober 2024   17:25 Diperbarui: 26 Oktober 2024   18:49 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam film Sisu, kita melihat seorang karakter kakek yang kuat dan berani. Meski usianya lanjut dan menghadapi tantangan yang luar biasa, ia tidak pernah menyerah. Ia terus melawan dengan segala keterbatasan yang ada. Karakter ini adalah simbol nyata dari sisu, sebuah semangat pantang menyerah yang melambangkan ketahanan mental luar biasa.

Pendidikan harus mampu menanamkan semangat ini pada siswa. Dengan menumbuhkan ketangguhan, kita menciptakan generasi yang cerdas secara akademis, dan juga siap menghadapi kehidupan dengan mental yang kokoh. Nilai-nilai sisu ini dapat diadaptasi oleh sistem pendidikan lain untuk memperkuat karakter siswa, sehingga mereka mampu bangkit dalam situasi sulit dan menemukan solusi yang kreatif.

Belajar dari Sisu: Strategi Penerapan dalam Pendidikan Global

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai sisu pada siswa, baik di Finlandia maupun di seluruh dunia:

1. Pendekatan Berbasis Proyek (Project-Based Learning)


Melibatkan siswa dalam proyek jangka panjang yang membutuhkan ketekunan, kreativitas, dan daya tahan akan mengajarkan mereka pentingnya kesabaran dan kerja keras. Dengan menghadapi tantangan nyata dalam proyek ini, siswa belajar menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab dan tidak mudah menyerah.

2. Menerapkan Growth Mindset

Growth mindset, atau pola pikir berkembang, adalah gagasan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang bisa berkembang melalui usaha dan dedikasi. Dengan pola pikir ini, siswa tidak takut menghadapi kegagalan dan justru melihatnya sebagai bagian dari proses belajar yang akan membantu mereka menjadi lebih baik.

3. Pembelajaran Emosional dan Sosial

Pembelajaran ini memberikan siswa keterampilan untuk mengelola emosi, membangun hubungan positif, dan menghadapi tantangan secara produktif. Ketika siswa mampu mengelola emosi, mereka lebih mudah untuk menghadapi tekanan dan menjadi lebih tangguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun