Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Filosofi Sisu dengan Pendidikan di Finlandia

26 Oktober 2024   17:25 Diperbarui: 26 Oktober 2024   18:49 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Finlandia - Pemandangan Kota Helsinki.(SHUTTERSTOCK/Karavanov_Lev)

Pendahuluan

Menindak lanjuti tulisan saya sebelumnya tentang bagaimana keberlanjutan kurikulum Merdeka pada pemerintahan baru Pak Prabowo Subianto, perubahan kurikulum pasti perlu dukunganan yang kuat dari semua pihak. Implementasi yang konsisten di seluruh daerah juga menjadi tantangan besar.

Kalau setiap pergantian mentri kurikulum juga harus berubah total, dimana letak keberlanjutannya. Tapi melanjutkan kebijakan dari era pemerintahan sebelumnya juga perlu disertai evaluasi mendalam terhadap efektivitas setiap kebijakan, dan memastikan ada perbaikan di titik-titik kritis.

Kebijakan pendidikan yang berkelanjutan harus berfokus pada dampak jangka panjang, bukan hanya mengejar target jangka pendek atau pencapaian angka statistik semata.

Dengan mempertahankan aspek-aspek positif dari Kurikulum Merdeka sambil memperbaiki kelemahan-kelemahannya, sistem pendidikan Indonesia tentunya dapat berkembang ke arah yang lebih baik lagi dari pada merubah semuanya dari titik nol.

Berdasarkan hal di atas saya ingin mengungkapkan sebuah filosofi di negara Finlandia, sebagaimana kita ketahui Kurikulum Merdeka banyak mengadaptasi pola pendidikan di sana.

Menggali Kekuatan Sisu dalam Pendidikan: Menanamkan Kegigihan Demi Generasi Tangguh


Setiap bangsa memiliki filosofi yang mencerminkan semangat dan karakter mereka. Finlandia, sebuah negara kecil di Eropa Utara, memiliki konsep unik yang disebut Sisu. Kata ini sulit diterjemahkan secara langsung, tetapi intinya mencerminkan keberanian, keteguhan, dan ketangguhan dalam menghadapi kesulitan sebuah kekuatan mental yang melampaui keterbatasan fisik.

Filosofi sisu ini diperlihatkan dalam film Sisu, di mana seorang kakek tua berjuang menghadapi musuh yang jauh lebih kuat, tanpa menyerah. Meski terkesan sederhana, karakter yang ia perankan adalah simbol dari kekuatan mental yang membuatnya terus bertahan. 

Ketangguhan inilah yang secara alami juga tertanam dalam sistem pendidikan Finlandia, menjadikannya salah satu yang terbaik di dunia. Dalam konteks pendidikan, kegigihan seperti sisu adalah kualitas yang perlu ditanamkan pada generasi muda agar mereka siap menghadapi tantangan masa depan.

Kegigihan sebagai Kunci Sukses Pendidikan Finlandia

Sistem pendidikan Finlandia sering kali mendapat pujian atas pendekatannya yang manusiawi dan fokus pada pengembangan diri. Alih-alih mengejar nilai dan persaingan ketat, Finlandia mengutamakan inklusivitas, kebahagiaan, dan kesehatan mental siswa. 

Filosofi sisu diterapkan dalam pendidikan Finlandia melalui pemahaman bahwa belajar adalah proses yang menuntut ketekunan dan daya tahan, bukan sekadar pencapaian akademik.

Siswa di Finlandia diajarkan untuk bertahan ketika menghadapi kesulitan, baik di dalam maupun di luar kelas. Pendekatan ini membantu mereka membangun rasa percaya diri dan kemampuan menghadapi tantangan. 

Kegigihan dan ketangguhan ini juga yang mempersiapkan mereka untuk beradaptasi dan terus maju di lingkungan global yang dinamis dan penuh ketidakpastian.

Hubungan Filosofi Sisu dalam Pendidikan dan Karakter

Pendidikan menambah pengetahuan dan membentuk karakter dikaitkan dengan filosofi sisu yang mengajarkan bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah, sehingga kegigihan adalah hal yang perlu dibangun sejak dini. Dalam dunia pendidikan, menanamkan sisu berarti mengajarkan anak-anak untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, dan tantangan sebagai peluang untuk berkembang.

Sistem pendidikan Finlandia sangat menekankan pembelajaran berkelanjutan dan memberi ruang pada siswa untuk bereksperimen, berbuat salah, dan belajar dari kesalahan tersebut. Ketika siswa memiliki kesempatan untuk berjuang melalui kesulitan, mereka secara alami mengembangkan kemampuan untuk bangkit dan beradaptasi. 

Kualitas ini adalah landasan dari ketangguhan mental yang akan membantu mereka dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Pentingnya Ketangguhan dalam Pendidikan: Contoh dari Karakter Film Sisu

Dalam film Sisu, kita melihat seorang karakter kakek yang kuat dan berani. Meski usianya lanjut dan menghadapi tantangan yang luar biasa, ia tidak pernah menyerah. Ia terus melawan dengan segala keterbatasan yang ada. Karakter ini adalah simbol nyata dari sisu, sebuah semangat pantang menyerah yang melambangkan ketahanan mental luar biasa.

Pendidikan harus mampu menanamkan semangat ini pada siswa. Dengan menumbuhkan ketangguhan, kita menciptakan generasi yang cerdas secara akademis, dan juga siap menghadapi kehidupan dengan mental yang kokoh. Nilai-nilai sisu ini dapat diadaptasi oleh sistem pendidikan lain untuk memperkuat karakter siswa, sehingga mereka mampu bangkit dalam situasi sulit dan menemukan solusi yang kreatif.

Belajar dari Sisu: Strategi Penerapan dalam Pendidikan Global

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai sisu pada siswa, baik di Finlandia maupun di seluruh dunia:

1. Pendekatan Berbasis Proyek (Project-Based Learning)


Melibatkan siswa dalam proyek jangka panjang yang membutuhkan ketekunan, kreativitas, dan daya tahan akan mengajarkan mereka pentingnya kesabaran dan kerja keras. Dengan menghadapi tantangan nyata dalam proyek ini, siswa belajar menyelesaikan tugas dengan penuh tanggung jawab dan tidak mudah menyerah.

2. Menerapkan Growth Mindset

Growth mindset, atau pola pikir berkembang, adalah gagasan bahwa kecerdasan dan kemampuan seseorang bisa berkembang melalui usaha dan dedikasi. Dengan pola pikir ini, siswa tidak takut menghadapi kegagalan dan justru melihatnya sebagai bagian dari proses belajar yang akan membantu mereka menjadi lebih baik.

3. Pembelajaran Emosional dan Sosial

Pembelajaran ini memberikan siswa keterampilan untuk mengelola emosi, membangun hubungan positif, dan menghadapi tantangan secara produktif. Ketika siswa mampu mengelola emosi, mereka lebih mudah untuk menghadapi tekanan dan menjadi lebih tangguh.

Kesimpulan

Kegigihan adalah kualitas yang akan selalu relevan di segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Seperti karakter dalam film Sisu, siswa juga perlu memiliki ketangguhan dalam menghadapi berbagai situasi sulit. 

Nilai sisu dalam pendidikan mengajarkan bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses menuju kesuksesan. Pendidikan yang menanamkan nilai ketangguhan akan menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki kekuatan batin untuk bertahan di tengah kesulitan hidup.

Kita banyak memiliki kisah sejarah yang menginspirasi tentang keuletan dan kegigihan dari para pendahulu kita, kisah RA Kartini yang gigih berjuang untuk pendidikan perempuan. Kisah Jenderal Sudirman yang terus memimpin perang gerilya melawan penjajah Belanda, bahkan ketika sakit parah. 

Atau kisah dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mencerminkan semangat pantang menyerah sekelompok anak dari Belitung yang berjuang keras demi pendidikan, yang telah sukses difilmkan. Adalah segelintir kisah yang tidak kalah mendalamnya dari filosofi Sisu, ini menjadi modal karakter yang bisa kita tanamkan pada generasi mendatang.  

Dengan semangat ini, mari kita membangun pendidikan yang lebih inklusif, mengajarkan ketekunan, dan mempersiapkan generasi yang siap menghadapi dunia dengan keberanian dan ketangguhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun