2. Minimnya Pengalaman dan Kesadaran Risiko:
Keputusan-keputusan yang mereka ambil sering kali mengabaikan potensi risiko karena minimnya pengalaman.
Mereka cenderung mengandalkan kekuatan fisik untuk menghadapi semua situasi, seolah-olah semua tantangan dapat ditaklukkan dengan otot, tanpa mempertimbangkan resiko mental dan emosional yang terlibat.
3. Keberanian dalam Kelompok:
Dalam kelompok, keberanian mereka meningkat secara signifikan. Mereka lebih berani mengambil jalan pintas dengan risiko yang lebih besar, karena merasa didukung oleh teman-teman mereka.Â
Namun, keputusan seperti ini biasanya bertujuan untuk menghindari hukuman atau konsekuensi dari pembina atau senior.Â
Padahal, di sinilah pentingnya peran pembinaan, untuk mengajarkan bahwa ada cara lain yang lebih bijak dalam menghadapi masalah tanpa harus mengambil risiko yang merugikan.
Pengalaman ini membuat saya merenungkan kembali kejadian tragis di Kali Bekasi, di mana sekelompok anak muda menceburkan diri ke sungai dan mengakibatkan hilangnya nyawa tujuh orang di antara mereka.
Meski investigasi masih berlangsung, indikasi sementara menunjukkan bahwa mereka melakukan tindakan tersebut karena ketakutan saat berhadapan dengan polisi.
Ini adalah salah satu contoh nyata dari perilaku impulsif yang mirip dengan yang sering saya lihat dalam kegiatan Sispala.