Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jalan Terjal Pecahkan Kutukan Juara Piala AFF, Lawan Laos Saja Ngos-Ngosan

13 Desember 2024   09:42 Diperbarui: 13 Desember 2024   09:42 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sports.sindonews.com/read/1502283/11/media-vietnam-marselino-ferdinan-di-kartu-merah-bikin-pusing-shin-tae-yong-1734045172

Jika ada yang mengatakan "Timnas Garuda Terkuat Nomor Dua atau Tiga di Kawasan Asia Tenggara", maka orang tersebut sedang berhalusinasi atau mengalami ilusi, bahkan masih sedang terbuai mimpi di tahun 2024 ini.

Ya, bagaimana tidak? Berada satu grup dengan Vietnam, Myanmar, Laos, dan Filipina di Grup B, timnas Indonesia hanya bisa berbagi satu angka hasil skor imbang 3-3 dengan Laos di pertandingan kedua beberapa jam lalu.

Bagaimana bisa? Laos datang masih dianggap tim semenjana, tim sebagai lumbung gol oleh Vietnam, Thailand, bahkan oleh Timnas Nasional kita sendiri, ternyata menunjukkan perkembangan sepakbola yang signifikan dengan mampu menahan Timnas Garuda dengan skor 3-3.

Bakalan tidak ada yang menyangka hasil akhir dari pertandingan kedua di Grup B akan berakhir imbang bukan? Prediksi skor dari teman-teman yang saya tanya, maupun ketika melihat quiz tebak skor di media sosial, seperti Instagram dan perdebatan di WA Group, rata-rata memprediksi Indonesia bakalan pesta gol ke gawang Laos yang nota bene berada di urutan 186 rangking FIFA.

Sementara Timnas Indonesia sempat naik ke posisi 124 usai menumbangkan Myanmar di pertandingan pertama dengan skor tipis 1-0, namun dengan hasil buruk -- imbang -- kontra Laos membuat Timnas kita turun satu peringkat ke peringkat 125.

Baca Juga: Inilah Saatnya Coach Shin Buktikan Kapasitasnya Bawa Garuda Muda Juara Piala AFF 2024

Sungguh menyesakkan memang, ibarat permainan role coaster, terjadi kejar-kejaran mencetak gol di papan skor, dan diakhir pertandingan ternyata tidak ada pemenanngya.

Sama-sama kuat, sama-sama mampu finish sampai peluit panjang dibunyikan oleh wasit asal Jepang, Hiroki Kasahara, Timnas Indonesia yang diasuh oleh coach Shin Tae-yong akhirnya mengakui bahwa kita satu level dengan Tim Xad -- julukan timnas Laos -- yang kini dilatih oleh pelatih asal Korea Selatan juga, Ha Hyeok-jun.

Sepertinya PSSI-nya Laos kepicut akan perjalanan timnas Indonesia dengan pelatih asal Korea Selatan, sehingga Laos memutuskan untuk mempekerjakan pelatih asal Korsel bernama Ha Hyeok-jun yang menariknya juga hampir seumuran dan memiliki kualitas mumpuni.

Jalannya Pertandingan Sengit Garuda vs Laos

Terbukti baru membawa Laos di tiga pertandingan, namun Ha Hyeok-jun mampu memberikan kejutan di Stadion Manahan Solo, Kamis, 12 Desember 2024, yang berlangsung mulai Pukul 20.00 Wib.

Baca Juga: Faktanya, Ruud van Nistelrooy Lebih Jago Dibandingkan Ruben Amorim

Dengan semangatnya, saya dan putera saya mempersiapkan diri untuk menonton pertandingan yang saya dan anak saya prediksi akan berlangsung dengan berat sebelah, dimana pertahanan Laos akan digempur oleh Marcelino dan kawan-kawan dan bakalan jadi lumbung gol.

Namun apa yang terjadi? Tak seperti bayangan kita pemirsah!

Tak segampang membalikkan telapak tangan. Ternyata pasukan Ha Hyeok-jun datang dengan penuh persiapan lahir dan batin. Ya, tampak mereka tidak terpengaruh dengan status tuan rumah. Mereka tidak gentar menghadapi hiruk-pikuk dan sorak-sorai pemain ke-12 yang memadati Stadion Manahan Solo tadi malam.

Tak sesuai harapan dan ekspektasi. Bagaimana tidak? Begitu peluit babak pertama dibunyikan, Timnas Indonesia memang langsung melakukan tekanan ke jantung pertahanan Laos. Namun masih belum membuahkan hasil. Trio penyerang kita yang dihuni oleh Marselino Ferdinan, Hokky Caraka, dan Rafael Struick belum mampu mengobrak-abrik pertahanan Laos yang dikomandoi oleh lima bek, Bounpachan Bounkong, Anantaza Siphongphan, Phetdavanh Somsanid, Anousone Xaypanya, Phutthasay Khochalem.

Pertandingan sangat ketat, mungkin kita tidak mengira Laos akan bermain seketat itu dengan formasi 5-4-1 yang menempatkan satu penyerang tunggal Phousomboun Panyavong yang mampu mengobrak-abrik pertahanan Indonesia sendirian.

Trio pemain belakang kita, Muhammad Ferarri, Kadek Arel, Kakang Rudianto dibuat kocar-kacir dengan lincahnya pergerakan penyerang Laos, terbukti dengan serangan balik alias counter-attack, di menit ke-9 seorang Phousomboun Panyavong mampu menari-nari mengelabui tiga pemain belakang kita dan akhirnya mencetak gol dengan menaklukkan kiper Daffa Fasya dengan sepakan terukur yang terlebih dahulu mengenai kaki pemain kita dan membelokkan bola. Gol, 0-1 untuk Laos.

Bagaikan disentak oleh petir, timnas kita bangkit dan mengejar ketertinggalan. Timnas Indonesia langsung melakukan gelombang serangan dan Kadek Arel sukses mencetak gol pada menit ke 12. Skor 1-1.

Pertandingan semakin seru dan ketat, saya pribadi tidak menyangka dengan performa yang ditunjukkan pemain Laos. Tidak peduli dengan sorakan tuan rumah. Timnas Garuda Muda sukses mengambil kendali permainan dan asyik menyerang, malah berselang satu menit kemudian gawang timnas Indonesia kebobolan lewat skema serangan balik cepat mengakibatkan petaka di menit ke 13, Tim Laos kembali berhasil membobol gawang Timnas Indonesia yang dicetak Phommathep. Skor 1-2.

Baca Juga: Edoardo Bove dan Rentetan Pesepak Bola yang Kolaps di Tengah Lapangan

Tertinggal dengan kondisi 1-2, bagaikan disengat lebah, kembali Timnas Muda berusaha memborbardir pertahanan Laos.

Lewat skema lemparan ke dalam Arhan Pratama pada menit ke 18, Kaptem Tim, Muhammad Ferrari berhasil memaksimalkan lemparan bola dengan sundulan yang tidak mampu diantisipasi oleh kiper Laos, Keo Oudone Souvannasangso. Skor menjadi imbang sama kuat 2-2.

Pertandingan semakin seru, kedua tim saling melakukan jual beli serangan. Timnas Indonesia yang lebih mendominasi jalannya pertandingan mulai kesulitan dengan pemain-pemain Laos bermain disiplin, ketat memainkan man to man marking alias zona marking, sehingga pemain Timnas Muda tidak mampu memainkan dan mengembangkan permainan menembus pertahanan Laos.

Memasuki menit ke 30, belum tercipta gol lagi dari kedua tim. Meski ada sejumlah peluang. Pada menit ke 35, Timnas Indonesia nyaris kebobolan lagi, beruntung serangan dari pemain Laos masih melebar dari tiang gawang Indonesia. Hingga peluit panjang dibunyikan pertanda babak pertama usai kedudukan masih imbang 2-2.

Babak kedua dimainkan, kedua kubu langsung kembali jual beli serangan. Saking semangatnya dan penasarannya seorang Marselino Ferdinan membobol gawang Laos, plus saking frustasinya menghadapi permainan Laos, di menit ke-69 Marselino melakukan kasalahan fatal dengan tackling dua kaki kepada pemain Laos. Tackling berbahaya nan telat itu mengenai kaki, bukan bola, padahal situasinya tidak terlalu berbahaya.

Tindakan Marselino itu langsung diganjar kartu merah oleh wasit asal Jepang yang malam itu mempimpin pertandingan dengan membuat beberapa keputusan kontroversial.

Dan kehilangan satu pemain, tidak mempengaruhi semangat bermain Timnas Garuda Muda. Terbukti di menit ke-72 Muhammad Ferrari kembali mampu mencetak gol lewat sundulan kepalanya memanfaatkan sepak pojok.

Aroma kemenangan mulai merasuki seluruh penonton dan pemain, namun kontroversial terjadi di menit ke-77.

Lewat skema serangan balik dari sisi kiri pertahanan Indonesia, pemain Laos mengiring bola melewati dua pemain Timnas, namun bola sudah melewati garis gawang sebelum diumpan ke rekannya dan mencetak gol balasan oleh Peeter Panthavong.

Dalam tayangan lambat jelas terlihat bola sudah melewati garis putih gawang, namun wasit asal Jepang, Hiroki Kasahara enggan melakukan cek VaR (Video Asisstant Referee) dan tetap pada keputusannya untuk mengesahkan gol Laos.

Baca Juga: Peran Ikrar Sumpah Pemuda dalam Manajemen Pendidikan

Sungguh diluar nalar berpikir kita pemirsa. Bagaimana tidak? VaR sebagai bagian dari teknologi yang difungsikan dalam sepakbola untuk melihat kejadian-kejadian sekecil mungkin yang tak terlihat oleh sang pengadil lapangan, namun enggan digunakan dalam situasi genting seperti itu, dimana kita butuh pengadil lain yang mampu membuktikan bahwa itu benar gol atau tidak.

Wasit berusia 35 tahun itu tak bergeming dengan protes pemain Timnas kita. Ternyata wasit Jepang tak kalah kualitasnya dengan wasit lokal yang membuat kontroversi-kontroversi yang merugikan Timnas kita.

Dengan skor akhir 3-3 ini selain membuat langkah kita tidak mulus melenggang ke babak berikutnya, juga membuka mata kita bahwa kualitas sepakbola nasional kita tidak kalah jauh dari Laos, tim yang dianggap lemah di kawasan Asia Tenggara.

Membuktikan bahwa kebangkitan sepakbola kita tidaklah signifikan, namun jalan ditempat, justru Laos lah yang bangkit sepakbolanya.

Jalan terjal meraih gelar pertama Piala AFF sepanjang sejarah keikutsertaan kita masih harus dilalui...

Salam Olah Raga

Salam Blogger Persahabatan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun