Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Adab Kala Parkir di Pinggir Jalan, Jangan Parkir di Depan Pintu Pagar Orang

23 November 2024   14:37 Diperbarui: 24 November 2024   06:45 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah mobil petugas parkir di depan rumah pribadi Tantri sejak pagi.(KOMPAS.com/A. Faisol)

Masalah parkir di perkotaan menjadi masalah serius yang harus dicari solusinya. Bagaimana tidak? Kita lihatlah sekarang ini, parkir mobil di mana-mana dan tidak beraturan, bahkan ada yang asal parkir tanpa memikirkan kenyamanan orang lain.

Sebelum ada perumahan di depan rumah, masalah parkir masih aman-aman saja, namun semenjak ada perumahan dan ada kantor di samping rumah, maka sekarang banyak mobil-mobil parkir asal-asalan.

Pernah satu kali dihari Sabtu, ada keluarga di perumahan melakukan acara pernikahan. Rumah saya persis di depan gang yang akan masuk ke perumahan, jadi otomatis kendaraan parkirnya disepanjang jalan menuju gang perumahan tersebut.

Sementara kami semua beraktivitas, saya mengajar, anak-anak saya antar ke sekolah mereka, lalu ke sekolah. Istri juga bekerja, namun berangkatnya pukul 7.15 WIB, saya harus berangkat ke sekolah di pukul 6.30 WIB agar tidak macet dan sempat mengantar anak-anak ke sekolahnya, karena satu jalur.

Nah, ternyata orang yang berpesta di perumahan itu tidak mengundang kami yang di luar perumahan, ataupun minta izin jikalau nantinya barisan depan rumah kami digunakan untuk parkir tamu atau undangan yang datang, karena pastinya tamu undangan yang bakalan datang dengan menggunakan mobil yang butuh tempat parkir luas.

Sepulang saya mengajar, saya menjemput anak dan suasana di siang menjelang sore itu hujan panas. Pastinya tahu donk hujan panas? Yah, hujan mengguyur, namun matahari juga bersinar atau sehabis bersinar, tiba-tiba gelap, turun hujan.

Hujannya deras dan ketika saya memasuki rumah, saya bingung, "Kok banyak sekali mobil parkir berderet, mulai dari Mesjid sampai ke ujung jalan?" gumam saya dalam hati.

Dengan pelan-pelan saya menuju gerbang rumah, dan terkejut ada sebuah mobil kijang putih yang parkir dengan kepala pas menghadap gerbang rumah.

https://medan.pikiran-rakyat.com/medan/pr-3107804028/parkir-sembarangan-di-depan-sekolah-sebuah-kejadian-yang-sering-terjadi-di-kota-medan?page=all
https://medan.pikiran-rakyat.com/medan/pr-3107804028/parkir-sembarangan-di-depan-sekolah-sebuah-kejadian-yang-sering-terjadi-di-kota-medan?page=all

Saya bingung saya pikir ada tamu dirumah, atau mobil sebuah perusahaan yang berdiri disamping rumah saya, karena kepenuhan parkirnya, maka parkir di depan rumah saya, pikir saya dalam hati.

Saya bunyikan klakson, karena di luar hujan deras, bagaimana ini keluar dari mobil dengan kondisi hujan pikir saya.

Berharap ada yang datang bawa payung dan melihat mobil yang empunya rumah sudah datang, tapi saya tungguin sambil bunyikan klakson, malah tetangga depan rumah saya yang datang.

Dia keluar sambil membawakan payung. Tetangga yang baik hati itu memang sangat perhatian, terkhusus kepada anak-anak saya.

"Itu didalam perumahan ada yang hajatan Lae, jadi kutengok tadi dia parkir langsung di depan pintu gerbang Lae, orangnya didalam perumahan itu Lae," sambil menyodorkan satu payung kepada saya.

"Oh ia Lae, tapi kenapa dia parkir pas pulak di depan pintu pagar rumah orang?" tanya saya sama Lae bermarga Ginting itu, karena memang begitulah tutur kami.

"Nga tau Lae, kata dia," sambil senyum-senyum.

Maka saya langsung berlari ke perumahan depan rumah dan mencari MC -- Master of Ceremony -- alias pembawa acara dalam akad pernikahan Melayu itu.

Dan dengan suara yang keras-keras, agar mengimbangi suara musik Melayu yang keras itu, saya minta agar MC-nya mengumumkan mobil berplat nomor sekian menggeser mobil, karena parkir persis di depan pintu pagar orang, jadi mobil nga bisa masuk.

"Tolong kasih tau lewat mic-mu agar pemilik kendaraan bernomor polisi BK sekian-sekian agar memindahkan mobilnya, karena persis parkir di depan pintu pagar orang". Saya jelaskan dengan suara keras kepada MC-nya.

Dan wajah saya sudah merah, menandakan saya lagi kesal, saya tunjukkan kepada MC-nya.

Yang punya hajatan langsung menghampiri saya dan meminta maaf, "Maaf yah Pak, tamu undangan saya tadi parkirnya buru-buru dan tidak memiliki tempat parkir lagi, sekali lagi saya mohon maaf", bilang yang punya hajatan.

"Baik bu," ucap saya masih setengah kesal.

Akhirnya, si pemilik kendaraan langsung permisi sembari memberikan amplop kepada pemilik hajatan, maksudnya langsung sekalian pulang.

Begitulah sering dialami oleh penduduk kota Medan, tidak hanya saya, barangkali Anda juga mengalami hal yang sama dengan pengalaman saya tentunya.

Ya, memang masalah parkir di kota Medan tak ada habis-habisnya. Bersewileran di media sosial, di mana asal kita parkir di jalan-jalan, parkirnya bebas, tapi begitu kita masuk mobil, entah darimana, ketika kita tutup pintu mobil, di depan atau disamping kaca mobil kita, sudah berdiri tukang parkir. Lucu bukan?

Ya terkadang momen itu lucu jika diingat, namun bikin kesal. Bagaimana tidak? Kita pikir parkir di kota Medan itu gratis, ternyata tidak.

Hanya parkirnya yang gratis, tidak ada yang atur, tidak ada yang mengarahkan atau melarang, apakah parkir di sini itu boleh apa ngak?

Namun, begitu kita masuk mau keluar dari tempat itu? Ops, jangan harap gratis bro, kita akan berhadapan dengan tukang parkir yang entah darimana datangnya.

Sembari memasang muka sok bengis, sok seram atau mukak apalah itu, pura-pura sibuk atur lalu lintas agar mobil aman keluar, dan ujung-ujugnnya minta uang parkir.

Parkir Mobil di Jalan Perumahan Boleh, tapi Ada Etikanya

Selain masalah tukang parkir yang bersewileran tak jelas dan suka minta uang parkir, masih banyak atau seabrek masalah parkir di Kota Medan, kota terbesar nomor tiga di Indonesia ini.

Baca Juga: Apa yang Anda Lakukan Jika Anak Anda Mendapatkan Perundungan di Lingkungan Sekolah?

Yang paling menyita perhatian dan membuat gondok -- alias mangkel dalam bahasa Medan -- mobil-mobil yang suka parkir di depan rumah orang, padahal rumahnya ada, tapi garasinya ngak ada, atau mobilnya dua atau tiga, tapi garasinya hanya muat untuk satu mobil, sehingga yang dua lagi numpang parkir di halaman orang atau dipinggir jalan rumah orang.

Ini sangat menganggu kenyamanan orang yang punya rumah. Bahkan sampai nutupin pintu pagar orang, seperti yang saya ceritakan tadi, ataupun nutupin pagar orang, sehingga rumah orang terlihat gelap, serta pastinya agak menganggu aktivitas yang punya rumah, juga menganggu orang yang lewat.

Ia jika parkirnya tidak menganggu jalan, tapi kalau parkirnya memakan jalan? Pasti kendaraan lain roda empat susah untuk melewatinya, sehingga terkadang terjadi gesekan mengakibatkan lecet pada mobil.

Jadi kalau sudah seperti ini keadaannya, saya melihat ada fenomena di masyarakat kita dan ada juga rasa yang hilang dari masyarakat kita akibat pemanfaatan kendaraan roda empat ini.

Rasa empati yang hilang dan fenomena menunjukkan keangkuhan dan keakuan atau menunjukkan kepunyaanku itulah yang ada di tengah-tengah masyarakat kita.

Bagaimana tidak? Tinggalnya di perumahan yang kecil, namun mobilnya bisa sampai tiga atau empat. Lalu parkirnya di mana? Dan mengapa mobilnya sampai tiga atau empat? Padahal tinggalnya di perumahan?

Itulah fenomena yang terjadi sekarang yang tak dapat dipungkiri. Fenomena parkir mobil sembarangan di bahu jalan, bahkan sampai memakan jalan.

Itu bukan hal yang perlu ditiru, tetapi perlu diberikan pemahaman agar tidak sembarangan parkir. Etika yang hilang tentunya, tergerus oleh faktor sosial dan ekonomi.

Etika bisa hilang karena ego yang tinggi. Tak dapat dipungkiri seperti di kota Medan, banyak perumahan-perumahan untuk kelas menengah ke atas ataupun menengah ke bawah tidak dirancang untuk menampung jumlah kendaraan lebih dari satu, sehingga ketika memiliki kendaraan lebih dari satu, maka aturan dan etika pun dilanggar karena egoisme.

Banyak rumah kecil di gang sempit tidak memiliki garasi, sehingga pemilik kendaraan terpaksa memarkir mobilnya di jalanan umum, sehingga hal ini tentunya menciptakan masalah parkir yang seringkali menganggu akses jalan dan estetika atau pemandangan di sekitar lingkungan.

Baja Juga: Kompasianival 2024 (bukan) Ajang Kompasianer Medan

Kedua, gampangnya akses pembelian unit mobil. Pekerjaan seperti Grab Mobil sangat menggoda kaum muda yang baru berumah tangga untuk melakukan aksi pembelian mobil, padahal di rumah atau di lingkungan sekitar rumah tak memungkinkan untuk parkir mobil.

Namun, karena desakan pekerjaan jadi supir Grab atau Gojek, atau aplikasi sejenisnya, disamping karena kemudahan dalam mendapatkan kendaraan, seperti skema cicilan yang ringan dan uang muka yang rendah, telah meningkatkan kepemilikan mobil di kalangan masyarakat kelas menengah.

Meskipun kemampuan membeli mobil meningkat, kesiapan untuk menyediakan fasilitas parkir yang memadai sering kali tidak sebanding, dan tidak dipikirkan, namun bagaimanalah agar mendapatkan kendaraan roda empat untuk dijadikan alat pencari uang di era kekinian, tanpa memikirkan parkirnya dimana?

Ketiga, ada seperti budaya di masyarakat kita, yaitu budaya koleksi mobil, sehingga dengan munculnya budaya ini, maka meningkat juga daya beli, banyak orang merasa terdorong untuk memiliki lebih dari satu mobil sebagai simbol status atau gaya hidup. Hal ini terlihat pada individu yang memiliki beberapa kendaraan meskipun ruang parkirnya terbatas.

Hilangnya etika dan fenomena di atas, tentunya menyebabkan konflik antar tetangga terkait masalah parkir, tak hanya itu, tetapi juga berpotensi mengganggu keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan lainnya. Pemandangan mobil terparkir sembarangan dapat mempersempit akses jalan dan mengurangi kualitas lingkungan.

Beberapa Saran agar Parkir Tidak di Jalan

Maka ada beberapa solusi agar orang yang tinggal di perumahan tidak memarkirkan mobilnya sembarangan di jalan.

Pertama, tentunya pengembang perumahan harus memperhatikan dan mengupayakan peningkatan fasilitas parkir. Ini sangat penting, sehingga kebutuhan akan parkir kendaraan dapat teratasi.

Kedua, penegakan regulasi parkir yang ketat, dimana pemerintah harus membuat perda yang melarang masyarakat memarkirkan kendaraanya di jalan. Membuat peraturan ketika membangun rumah, harus menyediakan garasi untuk kendaraan sendiri. Setiap rumah yang punya mobil, wajib punya garasi.

Ketiga, tetangga menyewakan lahannya atau membangun garasi parkir yang luas sebagai tempat parkir untuk warga perumahan disekitarnya yang tidak memiliki parkir. Istilahnya menyewa parkir untuk parkir kendaraannya. Sehingga yang punya rumah di sekitar perumahan yang lahannya sering tempat parkir tidak keberatan, namun memiliki rezeki dari parkir rumah yang tidak ada lahan parkirnya. Istilahnya sewa parkir.

Keempat, parkirlah dengan baik, sebab ada larangan hukum dan peraturan daerahnya. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, diterangkan bahwa bagi warga yang sembarangan memarkir kendaraannya di depan rumah tetangga bisa didenda denda hingga Rp500.000 atau pidana penjara maksimal dua bulan.

Regulasi ini dibuat dengan tujuan agar pelanggar jera, sebab perbuatan parkir di depan rumah orang telah melanggar hak subjektif orang lain, melanggar kaidah tata susila, dan bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dengan pergaulan dengan sesama warga masyarakat atau terhadap harta benda orang lain.

So, memang terkesan sepele, namun jika parkir, perhatikanlah di mana tempat yang baik untuk parkir. Tidak apa jauh, namun tidak menganggu kenyamanan orang lain, atau permisi kepada pemilik rumah agar tidak merasa tersinggug dan merasa dihargai sebagai pemilik lahan atau rumah yang dijadikan tempat parkir sementara.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan semakin menyadarkan kita untuk saling menjaga etika dan moral saat memarkirkan kendaraan di jalan atau tempat lahan orang.

Salam Blogger Persahabatan...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun