Saya bunyikan klakson, karena di luar hujan deras, bagaimana ini keluar dari mobil dengan kondisi hujan pikir saya.
Berharap ada yang datang bawa payung dan melihat mobil yang empunya rumah sudah datang, tapi saya tungguin sambil bunyikan klakson, malah tetangga depan rumah saya yang datang.
Dia keluar sambil membawakan payung. Tetangga yang baik hati itu memang sangat perhatian, terkhusus kepada anak-anak saya.
"Itu didalam perumahan ada yang hajatan Lae, jadi kutengok tadi dia parkir langsung di depan pintu gerbang Lae, orangnya didalam perumahan itu Lae," sambil menyodorkan satu payung kepada saya.
"Oh ia Lae, tapi kenapa dia parkir pas pulak di depan pintu pagar rumah orang?" tanya saya sama Lae bermarga Ginting itu, karena memang begitulah tutur kami.
"Nga tau Lae, kata dia," sambil senyum-senyum.
Maka saya langsung berlari ke perumahan depan rumah dan mencari MC -- Master of Ceremony -- alias pembawa acara dalam akad pernikahan Melayu itu.
Dan dengan suara yang keras-keras, agar mengimbangi suara musik Melayu yang keras itu, saya minta agar MC-nya mengumumkan mobil berplat nomor sekian menggeser mobil, karena parkir persis di depan pintu pagar orang, jadi mobil nga bisa masuk.
"Tolong kasih tau lewat mic-mu agar pemilik kendaraan bernomor polisi BK sekian-sekian agar memindahkan mobilnya, karena persis parkir di depan pintu pagar orang". Saya jelaskan dengan suara keras kepada MC-nya.
Dan wajah saya sudah merah, menandakan saya lagi kesal, saya tunjukkan kepada MC-nya.
Yang punya hajatan langsung menghampiri saya dan meminta maaf, "Maaf yah Pak, tamu undangan saya tadi parkirnya buru-buru dan tidak memiliki tempat parkir lagi, sekali lagi saya mohon maaf", bilang yang punya hajatan.