Sekitar pertengahan Nopember 2021, saya mendapatkan pesan berantai di Whatsapp berisi penjelasan tentang adanya kurikulum baru, "Kurikulum Paradigma Baru". mendapatkan pesan panjang tersebut, saya mencoba memahami isinya, walau beberapa lama sudah mendengar kabar burung akan adanya kurikulum baru dan bukan pengganti Kurtilas atau sejenisnya yang secara kontroversial muncul di tahun 2013 lalu oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, M. Nuh.
Dalam penjelasannya bahwa mulai tahun pelajaran 2021-2022, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah meluncurkan Kurikulum Paradigma Baru sebagai penyempurnaan dari KTSP 2013.
Kurikulum Paradigma Baru ini akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program sekolah penggerak dan pada akhirnya akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia.
Kurikulum paradigma baru itu juga disebut kurikulum prototipe. Nah, sebelum lebih lanjut melangkah, agar tidak menjadi salah paham atau terjadi gagal paham, bahkan menimbulkan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat, mari kita simak penjelasan berikut sehingga tidak salah dalam memaknai Kurikulum Prototipe ini.
Kurikulum menurut Wikipedia adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Sementara Prototipe, purwarupa ataupun arketipe adalah rupa awal atau contoh, standar ukuran dari sebuah entitas. Dalam bahasa coding atau bahasa pemrograman, prototipe itu sebuah metode dalam pengembangan produk dengan cara membuat rancangan, sampel, atau model dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari produk.
Jadi jika disatukan, maka Kurikulum Prototipe adalah kurikulum yang bersifat opsional atau pilihan sebagai tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran usai pandemi yang mengakibatkan terjadinya learning loss atau kemunduran proses pendidikan akibat pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh negara di dunia.
Munculnya kurikulum prototipe ini bukanlah sifatnya menggantikan kurikulum yang sudah ada, tetapi sebagai pelengkap dan pilihan bagi satuan pendidikan untuk mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberikan ruang yang lebih luas untuk pengembangan karakter dan kompetensi dasar kepada siswa.
Kurikulum ini diharapkan dapat memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar, berorientasi holistik atau pendidikan menyeluruh mencakup kecakapan akademis dan non-akademis, kompetensi kognitif, sosial, emosional, dan spiritual.
Kurikulum ini didesain berbasis kompetensi yang ingin dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau materi tertentu. Dan juga didesain dan dirancang rancang sesuai konteks (budaya, misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan murid.
Kelebihan dari kurikulum prototipe adalah mampu mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa.
Kelebihan Kurikulum Prototipe
Kelebihan lain Kurikulum Prototipe daripada Kurikulum 2013 revisi maupun Kurikulum darurat akibat pandemi adalah dengan kembalinya Mata pelajaran informatika yang awalnya bersifat pilihan di Kurikulum 2013, menjadi wajib di kurikulum yang baru dan akan di terapkan mulai dari level SMP, karena kompetensi teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu di miliki oleh peserta didik pada abad 21 apalagi di masa pandemi seperti ini, sehingga pemanfaatan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat penting dan vital.
Secara singkat kurikulum prototipe (2022) memiliki beberapa karakteristik utama yakni: (1) Pembelajarannya di rancang berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
(2) Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi. (3) Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. (Pemaparan Kemendikbud).
Fokus Pada Pembelajaran Project Based Learning
Kurikulum 2013 sudah menekankan pada pengembangan karakter, namun belum memberi porsi khusus dalam struktur kurikulumnya. Dalam struktur kurikulum prototipe, 20 -- 30 persen jam pelajaran di gunakan untuk pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis projek.
Pembelajaran berbasis projek dianggap penting untuk pengembangan karakter, dimana akan memberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning), mengintegrasikan kompetensi esensial yang di pelajari peserta didik dari berbagai disiplin ilmu, struktur belajar yang fleksibel, pembelajaran yang mendalam (diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasis problem dan projek, dll.) perlu waktu.
Disamping itu, materi yang terlalu padat akan mendorong guru untuk menggunakan ceramah satu arah atau metode lain yang efisien dalam mengejar ketuntasan penyampaian materi.
Kurikulum prototipe berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran, untuk memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi -- terutama kompetensi mendasar seperti literasi dan numerasi -- secara lebih mendalam.
Menakar Kesiapan Guru
Tak dapat dipungkiri, kurikulum paradigma baru ini diibaratkan sebagai oase atas stagnan dunia pendidikan kita. Ekspektasi tinggi bermunculan seiring dengan munculnya Kurikulum Prototipe ini. Namun permasalahannya, apakah Guru sudah dibekali dengan pelatihan kurikulum baru ini?
Tak dapat dipungkiri, Guru adalah ujung tombak pendidikan. Suksesnya kurikulum baru tidak lepas dari peran Guru dalam mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan dari Kurikulum Prototipe ini.
Sehingga untuk menerapkan maksud, isi dan tujuan kurikulum paradigma baru ini, Guru butuh yang namanya pelatihan dan kurikulum prototipe ini telah diterapkan di sekolah-sekolah penggerak dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Unggulan (SMK PK), artinya hanya beberapa sekolah di tanah air yang sudah mendapatkan pelatihan dalam penerapan kurikulum paradigma baru ini.
Sementara keunggulan lainnya, sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih tiga opsi kurikulum untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi, ada Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe. Pada Kurikulum Paradigma Baru siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Hal ini bertujuan sebagai penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Dan pada jenjang SMA peminatan atau penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa akan kembali dilaksanakan pada kelas XI dan XII.
Kurikulum Prototipe ini bakalan akan menjadi kurikulum yang nantinya akan menggantikan kurtilas, memang butuh waktu dan pelan, tapi pasti Kurikulum Prototipe ini akan menjadi kurikulum baru setelah mengalami evaluasi.
Artinya, semua guru harus mendapatkan pelatihan mumpuni sehingga Kurikulum Prototipe ini benar-benar dapat diaplikasikan dengan baik sehingga sesuai dengan namanya, kurikulum rancangan atau model yang akan dikembangkan sesuai dengan minat siswa di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H