Tak dapat dipungkiri, kurikulum paradigma baru ini diibaratkan sebagai oase atas stagnan dunia pendidikan kita. Ekspektasi tinggi bermunculan seiring dengan munculnya Kurikulum Prototipe ini. Namun permasalahannya, apakah Guru sudah dibekali dengan pelatihan kurikulum baru ini?
Tak dapat dipungkiri, Guru adalah ujung tombak pendidikan. Suksesnya kurikulum baru tidak lepas dari peran Guru dalam mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan dari Kurikulum Prototipe ini.
Sehingga untuk menerapkan maksud, isi dan tujuan kurikulum paradigma baru ini, Guru butuh yang namanya pelatihan dan kurikulum prototipe ini telah diterapkan di sekolah-sekolah penggerak dan Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Unggulan (SMK PK), artinya hanya beberapa sekolah di tanah air yang sudah mendapatkan pelatihan dalam penerapan kurikulum paradigma baru ini.
Sementara keunggulan lainnya, sekolah diberikan keleluasaan untuk memilih tiga opsi kurikulum untuk pemulihan pembelajaran di masa pandemi, ada Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan), dan Kurikulum Prototipe. Pada Kurikulum Paradigma Baru siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Hal ini bertujuan sebagai penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Dan pada jenjang SMA peminatan atau penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa akan kembali dilaksanakan pada kelas XI dan XII.
Kurikulum Prototipe ini bakalan akan menjadi kurikulum yang nantinya akan menggantikan kurtilas, memang butuh waktu dan pelan, tapi pasti Kurikulum Prototipe ini akan menjadi kurikulum baru setelah mengalami evaluasi.
Artinya, semua guru harus mendapatkan pelatihan mumpuni sehingga Kurikulum Prototipe ini benar-benar dapat diaplikasikan dengan baik sehingga sesuai dengan namanya, kurikulum rancangan atau model yang akan dikembangkan sesuai dengan minat siswa di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H