Kereta semakin melambat. Â Tangan kiriku meraih ransel, menariknya dari bagasi, tangan satunya menahan agar tidak jatuh. Ku angkat ransel tersebut dan kuposisikan di punggung. Kereta semakin pelan, dan berhenti statis. Ada suara mendesis. Aku melangkah menuju pintu keluar, menurut suara dari pelantang, ada di sebelah kiri posisi laju kereta.
Rasa haus menerjang kerongkongan, selama perjalanan seharian aku hanya minum satu botol air mineral ukuran 500 ml. Aku berhenti di warung stasiun untuk membeli air mineral. Â Segera kuputar ke kanan tutup botol tersebut. Ku minum setengahnya sambil berdiri, aku kehausan.
Setelah minum rasanya lebih fresh, lebih cerah melihat lampu stasiun. Mungkin ini hanya perasaanku. Kadang begitu memang perasaan, gampang tidak stabil kalau sedang haus dan lapar. Aku melangkah menuju pintu keluar setasiun. Ada banyak bangku kosong di ruang tunggu.
Aku melihat arloji di tangan, pukul 23.15 WIB. Sebelum berangkat aku punya rencana, yakni bertemu teman SMA yang sekarang bermukim di Jogja. Sudah 20 tahun tidak bersua. Rencananya kami bertemu di Stasiun Tugu ini.Â
Namun, manusia hanya mampu berencana, dan kejadiannya selalu lain. Kemarin dirinya mengabariku bahwa kondisinya sakit, dan berencana akan Swab. Akhirnya pertemuan tersebut batal. Dirinya juga bercerita, teman kerjanya baru meninggal karena pagebluk. Duh...
Inilah mengapa perjalanan menerima undangan Sound Of Borobudur ini layak aku tulis. Ini bukan perjalanan wisata; beli tiket, naik kereta, duduk manis melihat lewat jendela kereta, nginap di penginapan, lalu ikut tour sesuai jadwal. Setelah acara selesai tinggal pesen tiket untuk keberangkatan pulang. Bukan semacam itu.Â
Butuh keberanian memutuskan berangkat. Ini perjalanan menerabas ketakutan. Perjalanan melawan diri sendiri. Mulai tes genose-19, Swab antigen dan semua itu harus kami jalani. Apakah saat tes swab tidak grogi? grogilah, bagaimana kalau positif!
Undangan tour Sound of Borobudur adalah undangan adu nyali. Ini mungkin perjalanan spiritual. Tanpa tekad yang kuat, tak mungkin diriku malam ini terdampar di Stasiun Tugu. Apa lagi akan menghabiskan malam yang dingin sambil menunggu pagi. Untuk selanjutnya menuju penginapan di Balkondes, Ngargogondo, Magelang.
Handpone ku berbunyi, layar berpendar, tanda ada pesan yang masuk;
      "Selamat malam Pak, benar ini sampai Jogja pukul 23.00?"Â
      Chat dari Mbak Cilla, salah satu panitia Sound Of Borobudur.