teknik agroforestri alleycropping jelutung rawa dan tanaman palawija, seperti jagung manis, cabe rawit, sawi, kacang panjang, dan kangkung.
Tanaman bawah bernilai komersial tersebut diharapkan dapat mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan (pencurian kayu, perambahan hutan) dan bahaya kebakaran. “Keberadaan tanaman palawija tersebut diharapkan dapat mencegah masuknya alang-alang, sehingga mereduksi bahan bakar yang berpotensi untuk terbakar,” kata Marinus.
Masyarakat juga dibekali mereduksi bahan bakar berupa gulma dan serasah lewat aplikasi teknologi pengomposan dengan bantuan aktivator yang lebih cepat ketimbang pembuatan kompos tradisional. Gulma dan seresah yang terdapat di lahan merupakan sumber bahan organik potensial yang dapat dibuat menjadi kompos untuk menambah kesuburan lahan. Adapun aktivator yang dikembangkan dan disosialisasikan ke masyarakat antara lain orgadec, stardec, harmony, fix-up plus dan EM4.
Keberhasilan keterlibatan masyarakat dalam manajemen kebakaran hutan tergantung keterikatan, kepemilikan dan ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan. Selain itu, pengetahuan tradisional mengenai lingkungan biofisik lokal dan penggunaan atau pemanfaatan api. “Tidak kalah penting adalah tiadanya konflik atas lahan,” tandas Marinus. Dengan demikian, masyarakat merasa memiliki kawasan tersebut.
Berkaca Pada Bencana