"Aku tidak mati, aku hanya mengunjungi dunia dalam paruh waktuku, berlayar di antara mimpi dan kenyataan, di mana setiap titik temu adalah pelajaran, tiap hembusan napas adalah perjalanan, mencari makna yang tak pernah sempurna. Dunia hanyalah panggung meta sang jiwa, dan aku, hanya penonton yang terkadang lupa, bahwa setiap akhir adalah permulaan baru, setiap kepergian adalah kembali pada awal."
Cuplikan puisi Jena ini bercerita tentang perjalanan seorang wanita yang berjalan melalui berbagai realitas kehidupan, menembus antardimensi, antarruang, dan waktu.
Jena menjelaskan dengan mendalam hubungan antara keabadian dan fisika kuantum, menyentuh teori-teori seperti superposisi, keterikatan, dan keruntuhan fungsi gelombang. Semua teori ini mengindikasikan bahwa realitas mungkin tidak sepenuhnya linier atau terbatas pada satu dimensi waktu.
Dalam novel Loop, kita diajak untuk menyadari bahwa eksistensi kita mungkin abadi. Apa yang kita alami hanyalah fragmen-fragmen pikiran dari objek yang mengalami peristiwa, yaitu kesadaran itu sendiri. Kesadaran bukanlah sesuatu yang terikat oleh batas-batas waktu dan ruang. Sebaliknya, kesadaran dapat ada dalam semua realitas, terhubung melalui benang keabadian yang tidak bisa kita lihat, tetapi bisa kita rasakan.
Saya merasa seakan melihat diri dari perspektif yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. Kata-kata Jena menyentuh inti dari pengalaman-pengalaman yang telah saya alami dalam gambar-gambar saat menjalani kehidupan ini.
Novel ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang teori-teori ilmiah, tetapi juga menggugah pemikiran tentang makna hidup dan kesadaran. Loop, Another Beginning adalah sebuah perjalanan intelektual dan spiritual yang meninggalkan kesan mendalam bagi setiap pembacanya.
Boni Ong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H